Friday, September 28, 2007

Sparkling Little Drops of Diamonds

Hari kian bergulir
Makin dekat dirimu di hatiku
Meskipun tak terucapkan
Ku merasakan dalamnya cintamu

Ever since the hands of the clock struck past midnight, my Sony Ericsson cellphone kept ringing virtually every couple of minutes. It awaken me so I thought to myself, "Gee, weren’t there any normal people sleeping at this wee hours nowadays?!"

Ada SMS masuk. Beep beep.
Lagi, beep beep.
Lagi dan lagi, beep beep beep beep.

Text messages were from my closest circle of friends, acquaintances, and sisters.
Even from some gorgeous guys who said that they like me (no further comments needed from you people, please. I already had enough, thanks!).

They were all wishing me a Happy St. Valentine’s Day.
Funny, since I’m not celebrating it.
As in never.
Not even back then, in the time when I was still engaged in curiously strange love-hate relationships with my previous lovers.

Anyway, sejujurnya aku senang-senang aja sih masih banyak yang mengingat diriku and wishing me happiness with the one I love (the question that still lingers, ‘with whom?’).
Terutama karena aku adalah seorang lelaki yang mencantumkan statusnya di profile Friendster sebagai: “It’s complicated”.
Betul sekali, tampak complicated karena seperti kata seorang teman dekat yang saat ini sedang hamil 7 bulan, “MarkO itu cowok yang di mata orang-orang sepertinya selalu jomblo”.

Hari ini terus beranjak siang dan semakin terasa berat dan menyebalkan, karena aku masih belum mendapatkan pesan cinta apapun dari dirinya.

Even though I already mentioned above that I don’t celebrate ever-so-commercially-exploited St. Valentine's Day, tapi setidaknya aku masih mengharapkan any affectionate gestures dar Cintaku.

“Hhhmmpfft, what’s going on here? Kenapa dia masih belum mengucapkan sesuatu pun? Kenapa Cintaku tidak menelpon, tidak kirim SMS, not even sending any e-mail?”
Batinku bertanya-tanya. Kegalauan perasaan seperti yang katanya sering dialami oleh orang-orang yang sedang ditelan ombak perasaan cinta yang membingungkan perlahan mulai menghempas, menerpa jiwaku.

Jangan berhenti mencintaiku
Meski mentari berhenti bersinar
Jangan berubah sedikitpun
Di dalam cintamu ku temukan bahagia

* * *

Malam itu aku menyaksikan konser Sang Dewi.
Titi DJ tampil begitu penuh pesona, sungguh laksana seorang dewi yang kebetulan sedang mampir ke bumi, entah mencari apa. Dan ketika Titi menyanyikan bagian refrain (seperti kutipan di atas), seakan jutaan perasaan ekpresif penuh cinta mengalun, mengalir bersama suaranya.
Terjepit di antara ratusan manusia di kelas festival yang mendadak serempak menyanyi bagaikan choir dadakan, jiwaku diliputi perasaan haru yang teramat sangat.
Pandanganku mendadak buram. A single drop of tear menggantung di pelupuk. "Stop it! Don’t let anyone see that you’re shedding tears."

Namun saat tanganku bergerak ke arah mata untuk menghapusnya, that single teardrop already fell, sliding down on my left cheek.
That moment, I suddenly wished it froze in that very moment and turned into a drop of little precious diamond so that I could present it to my Cinta agar dia bisa menyaksikan sendiri bukti kasih-sayangku padanya.

Untunglah saat itu di dekatku tidak ada Benigno Martin, sehingga di kemudian hari aku tidak perlu menjelaskan kepadanya, atau kepada siapapun, mengapa aku menangis ketika menyaksikan satu keindahan di depan mata.

Jalan mungkin berliku
Tak kan lelah bila di sampingmu
Semakin ku mengenalmu
Jelas terlihat pintu masa depan

Satu malam di bulan Agustus tahun 2005 lalu, aku duduk dengan wajah cemberut di sebuah sofa di salah satu café di La Piazza. Kesal dengan situasi saat itu :
"Kenapa sih perempuan satu ini mesti selalu mendramatisir perasaannya? Pura-pura marah dan meninggalkan aku duduk sendiri di tempat konyol ini, ditemani secangkir caramel latte penuh lemak yang sama sekali tidak enak. Huh!", demikian batinku.

Mendadak perhatianku beralih ke wide screen plasma di depanku yang menampilkan wajah Chris Martin. Dengan suaranya falsetto-nya yang khas dan permainan pianonya yang memukau, ia menyanyikan Fix You. Lagu yang, entah mengapa, saat itu langsung membuat pikiranku melayang kepada Cintaku. Dialah sosok yang kubayangkan selama ini selalu berada dalam belantara imajinasiku, menjadi The One who will complete me.
Dan tanpa kusadari saat itu, sebutir 'berlian' pun mengalir turun di pipi. Cinta memang memiliki kekuatan mengubah perasaanmu menjadi lebih lembut, dan lebih sensitif.

“Cintaku, I really wish you’re the one who’ll complete my life. The one who’ll fix my feeling. The one who’ll make what Chris sung on ‘Fix You’ come true to me. Love you, always and forever”
Demikian isi SMS yang kukirimkan padanya saat itu.

Cintaku tidak merespon langsung malam itu. Meskipun aku menunggu hingga tiba waktunya untuk membaringkan tubuhku dan beristirahat malam itu.

What's the worst that could happened other than stuck in the moment with a girl that I don’t like in this place I can’t enjoy at the moment when I need someone desperately, the one who is better than this one I’m with now? Such irony.

Namun esok harinya di inbox e-mail ku ada satu pesan singkat darinya:
Lovely Honey, coba cek blog aku. Sending you warmth hugs and kisses. Your Love.R

And to my surprise, dia sudah mencantumkan lirik Fix You dalam blog-nya yang simple itu, beserta satu testimoni singkat darinya di profile Friendster-ku, sebagai bukti cintanya. Dan saat itu hatiku terasa membuncah akibat cintanya padaku.

Jangan berhenti mencintaiku
Meski mentari berhenti bersinar
Jangan berubah sedikitpun
Di dalam cintamu ku temukan bahagia

* * *

Dan kini sudah empat bulan berlalu sejak sebutir berlian yang mengalir turun bersama lantunan Sang Dewi.

Hubungan jarak jauh dengan Cintaku, seperti yang sudah diramalkan oleh Bradley, sempat merenggang, terlebih di malam Tahun Baru itu, ketika kami memutuskan untuk berpisah. Tak mungkin rasanya menjalani hubungan seperti ini, suatu hubungan yang rasanya sedalam Palung Mariana, namun ganjilnya, seperti tidak memiliki masa depan.

“Maafin aku yg tak pernah buatmu bahagia. Jika takdir bicara lain dari rencana qta, satu hal yg aku mau kamu tahu.. AKU AKAN TETAP MENCINTAI SERTA MENYAYANGIMU. Kamu akan jadi Pria Pertama dan Terakhir yg aku cinta. Smoga Tuhan beri qta jalan serta petunjuk ttg hubungan ini.. Love U Mark”

Dan jadilah dia bagian dari resolusi tahun baruku : untuk melupakannya dan meneruskan hidupku tanpa cintanya. Karena mencintainya ternyata justru menyakitiku.

Namun hidup seakan menghendaki lain. Justru perpisahan sementara itu menyadarkan aku dan dia bahwa kami sungguh saling mencinta.

“Coba ada kamu di sini, beside me.. Qta nikmati rembulan yg malu2 di atas sana. Diiringi angin yg menderu n ombak yg membelai pantai.. Apalagi kalo qta naik helicopter ber 2 menuju kep. Natuna... Romantis kali ya.. Aku lg denger Just When I Needed U Most.. Jd sedih, inget rumah&kamu.. Hiks”

Dan malam itu ketika aku baru saja dikabari olehnya bahwa dia akan ditugaskan ke Dubai dalam waktu dekat oleh perusahaan minyak tempatnya bekerja, hatiku kembali galau.

As if life played some cruel jokes called love on me.
As if I’m not entitled to any rights of ‘to love and be loved in return’.
And God knows how it hurts.

“C’est la vie”, so one of my close friend once said.
Bahkan meski dia sudah berhasil mengubah hidupku, dia yang mengajariku untuk kembali mencinta, dan membuatku kembali merasakan indahnya mencintai seseorang setulus hati, aku seakan masih tidak memiliki peluang untuk nikmati hidup penuh cinta bersamanya.

* * *

Jadilah di malam lain itu ketika aku kembali tersadarkan sedang berada di antara ribuan manusia yang matanya tak berkedip menatap panggung, dan sosok Titi Dj. yang cemerlang diapit oleh gemerlap dua diva lainnya, ketika suaranya kembali mengalunkan refrain Jangan Berhenti Mencintaiku, seakan aku mengalami déjà vu.
Kembali kurasakan desakan haru di dada, kembali kuberharap tidak ada Benigno di dekatku yang akan menyaksikan bukti dalamnya cintaku padanya, my Love.R, Cintaku.

Because at that very moment, a little drop of precious diamond fell, dripped on my cheek.

Semoga tiada berhenti
Bersemi selamanya

Adakah ‘Cinta Sejati’ itu ?
Adakah ‘Cinta Abadi’ itu ?

* * *

Dan sore ini ketika aku hendak beranjak pulang meninggalkan kantor, kulihat satu icon amplop berpendar di pojok kanan monitor computer, just seconds before I signed myself out of my yahoo messenger.

Ah, palingan hanya satu pesan pemberitahuan bahwa aku mendapatkan mesej di inbox friendster, demikian dugaanku.
Lalu aku buka inbox dan, voila!

There’s an e-mail with subject:
Happy Valentines Day from Your R.

Happy Valentine's Day :
A Valentine From Me...

Lovely Honey,

MoRe LoVe iN yOuR LiFe n wIsH yOu aLL dA hApPiNeSs iN ThIs wOrLd ThaT yOu cAn HoLd.

FrOm sOmEoNe ThaT hAd TuRnEd yOuR wOrLd uPsIdE dOwN.. rEaLLy sOrRy FoR iT..

Your Love.R


But this time, there is no sparkling precious little drop of diamond dripping down on my cheek.

It occurred to me, that perhaps, it's simply because I felt tired loving you, and I'm not gon' cry for you no more.

While all the time that I was loving you
You were busy loving yourself
I would stop breathing if you told me to
Now you're busy loving someone else ...

...

I'm not gon' cry, I'm not gon' cry
I'm not gon' shed no tears
No, I'm not gon' cry, it's not the time
Coz you're not worth my tears ...


[Sparkling Little Drops of Diamonds was originally published in my previous blog on February 16th, 2006]

1 comment:

Fa said...

Love it so much!!!
I will read again, many times..