Showing posts with label relationship. Show all posts
Showing posts with label relationship. Show all posts

Friday, April 3, 2009

Sebelum Sekarang



I get bored quite easily.

Hal ini sudah kusadari sejak empat hingga lima tahun belakangan ini. Itulah sebabnya mengapa sepertinya berganti pekerjaan tiga kali dalam kurun waktu tiga tahun tidaklah menjadi suatu hal yang terlalu membuatku pusing kepala. Kecuali tentu saja, saat-saat tidak ada uang karena tidak punya pemasukan rutin dan stabil. Tapi itu adalah cerita lain.

Kalau mencoba melihat-lihat ke belakang, dalam kurun waktu empat hingga lima tahun ini pun, baru sekarang ini tercipta stabilitas dalam hubunganku.
Eh, hubungan apa dulu nih?
Itu lho, yang kalau dalam situs pergaulan statusnya mestilah dicantumkan, dengan pilihan beragam, mulai dari Single hingga Married atau Open Relationship. Jadi judulnya aku sekarang sudah In a Relationship.
(Hore! Sebentar lagi anniversary pertama lho!)
Boleh saja empat hingga lima tahun lalu aku berganti pasangan setiap melewatkan Ramadhan. Tapi bagaimana dengan sekarang? Time to move on, dude, pindah sajalah ke ’jalur lambat’.

Ya iyalah. Meskipun terkadang masih terngiang ucapan Marcella Zalianty dalam salah satu sinetronnya yang tayang 3 tahunan lalu, ”Cowok setia itu membosankan!”, tapi kalau mau jadi lelaki dewasa dan bertanggung-jawab, pilihannya hanya ada satu dan memang cuma yang satu itu saja: setia!

Sebagaimana yang tersurat dalam lirik puitis sebuah lagu dangdut (Meggy Z., wasn’t it?), “Semut pun kan marah jika diperlakukan begitu” (baca: dikhianati), apalagi seorang manusia ! (untuk lebih spesifik lagi, ego seorang lelaki) Makanya kuputuskan dengan tekad bulat, untuk yang kali ini, aku harus bisa setia.
Sudah cukup lah rasanya merasakan apa itu yang namanya pilihan alternatif (baik menjadikan maupun dijadikan). Saat usia sudah mendekati senja kala dua warsa, tentu saatnya telah tiba untuk menentukan sikap.

Oh, no. Wait a minute.
”It’s Complicated”, katamu? Hah, that was so 2005 ! Masa jaya-jayanya Friendster tuh. Dan maaf saja bung, era itu telah berlalu. Biar saja status tak jelas seperti itu jadi mainan mereka yang usianya lebih muda, ... yNg mSTi bLJr NuliS bNr dL bRu nGmNg sX.

Berbicara soal belajar menulis dengan benar (yap! Itulah maksud sepotong kalimat sandi di atas itu), sekitar empat tahunan lalu aku masih sangat bersemangat untuk meluapkan segala macam campur-adukan bleh ide dan pemikiran yang menumpuk membentuk isi kepala ini untuk menjadi deretan kalimat bermakna. Sampai sempat berniat belajar khusus dengan menodong seorang teman untuk membantu membuatkan dan mengajarkan caranya menulis blog.
Eh, ketika si teman tersebut sekitar satu setengah tahun silam sudah berhasil menelurkan – atau karena dia seorang perempuan, apakah lebih pantas disebut memberanakkan ? tapi ini bukan untuk diperdebatkan – sebuah buku yang sebenarnya adalah kompilasi dari beberapa entry yang dianggap paling ciamik dari blog-nya, aku justru malah merasa mandeg dan bosaaaaann dengan blog kupu-kupu ku ini.
Kalau diandaikan, bisa jadi tiga tahun lalu aku masih merasakan romantisme d’amor sampai termehe’-mehe’ dicampur semangat membara layaknya seorang pejuang kemerdekaan dalam tekad dan niat untuk terus senantiasa memperbarui konten blog, ...

Tapi kalau sekarang?

Jawabannya sebenarnya mudah banget.
Kan sudah diberikan di awal tulisan ini.
Coba di scroll lagi back to the top. Atau pencet tombol Page Up.

Get it ? ;-))

Tuesday, March 31, 2009

I remember, but ...


It’s been too far apart to bridge the distance
And too many principles that separate you and me
No use to pretend not knowing the difference
Because every moment we spent together just breaking me down
I still remember we swore our love will be forever, but
Did you realize it hurts us both just to stay around?

Friday, March 13, 2009

An Ungrateful Son


My father turns 70 tomorrow.

Honestly, I remember this because not more than half an hour ago, my eldest sister texted me, a reminder to give my father a call tomorrow morning.

Probably for some, what I’m about to say is going to be a bit shocking.
The reason why I totally forgot about it, partly because I just don’t care about my family like I used to. Or have to. I rarely talk to any of them on regular basis. And in some cases, it stretched to months, which translate to Christmases and birthdays only.

Is that making me such an ungrateful son?



The paint featured as illustration above is Jean-Baptiste Greuze's "The Father's Curse : The Ungrateful Son" (about 1778)

Saturday, November 1, 2008

"Hardly"


Setiap kali tanggal hari ini, aku pasti akan teringat padanya. Meskipun tentu saja, seiring berjalannya waktu dan bergantinya angka tahun, intensitas ingatanku terhadap dirinya semakin berkurang. Karena kini, tempat di dalam hati dan pikiranku yang dulu diperuntukkan bagi dan tentang dirinya, sudah berganti kepemilikan dan dipindahtangankan kepada pemilik yang baru.

Tanggal hari ini setiap tahunnya adalah saat dirinya merayakan hari jadi. Sampai dengan setidaknya dua tahun lalu, dia masih menjadi seseorang yang teramat istimewa bagiku. Berkat dirinyalah, aku kembali belajar untuk mencintai, dan siap untuk kembali dicintai. Meskipun tentu saja, kini bukan dirinya – yang biasa kupanggil Love.R. – yang mengisi hari-hariku dengan cinta. Melainkan Dia, dengan siapa aku telah menjalin romansa selama enam bulan lamanya, dan semakin kuat seiring berlalunya hari demi hari.

Jika pada tanggal hari ini tahun lalu aku masih mengingatnya dengan perasaan campur-aduk yang cenderung menjadikan hatiku bagai diseliputi mendung tebal, namun tahun ini tidak lagi. Barangkali jika disamakan dengan serial televisi, saat ini sudah mulai season berikutnya dimana sang tokoh protagonis sudah mulai berubah nasibnya ke arah yang lebih baik. Tapi sama seperti pakem dalam serial televisi, masih ada beberapa kejadian di season lampau yang memiliki pengaruh signifikan di masa kini. Salah satunya adalah bahwa aku memutuskan untuk tidak akan pernah lagi mau menjalani hubungan jarak jauh.

Saat itu selama masih menjalin hubungan, kami mencoba untuk saling menguatkan meski ada jarak ribuan kilometer memisahkan kami. Namun entah karena berbagai cara yang bisa jadi kebetulan – meskipun terasa sangat aneh dan “terlalu kebetulan” yang membuatnya jadi cenderung sukar dipercaya – tidak hanya satu kali aku mendapati dirinya berselingkuh, bahkan hingga tidur dengan lelaki lain.

Waktu itu kusangka ketika dirinya sering mengakhiri pesan elektroniknya dengan ungkapan “hardly miss you”, adalah karena dirinya salah memilih terminologi. Bahwa ini hanyalah kesalahan diksi semata, dan yang sebenarnya hendak disampaikannya padaku adalah bahwa dirinya sedang kangen berat, kangen banget. Meskipun “hardly miss you” justru memiliki makna sebaliknya. Akan tetapi setelah tak bisa lagi menahan rasa keingintahuan, akhirnya kukonfirmasilah maksud dan tujuan dirinya menggunakan kata ‘hardly’ dalam pernyataan kangennya. Dugaanku ternyata benar, dia keliru memahami makna kata ‘hardly’ yang cenderung menegasikan maksud yang sebenarnya ingin disampaikan oleh dirinya. Sejak itu dirinya tak pernah lagi menggunakan ‘hardly’ dalam berbagai pesan elektroniknya, yang memang frekuensinya tidak lagi sekerap masa-masa sebelumnya.

Andai saja kala itu aku mengetahui jauh lebih banyak tentang hubungan tersebut dan bisa menyelami lebih dalam untuk mengetahui isi sesungguhnya dari hati dan pikirannya …

Probably I’d also gonna be hardly miss R..

Friday, October 31, 2008

Yang Menyebalkan, dan Yang Tidak.


Apa sajakah hal-hal yang lebih menyebalkan daripada terpaksa menunggu tanpa kejelasan tentang kepastian waktu?

Tentu saja, ada!

Dan jawabnya bermacam-macam, bisa jadi antara lain:
(1) Terpaksa menanggung malu akibat kekeliruan – atau kebodohan – yang dilakukan oleh orang lain dan karena satu kondisi khusus, kita ikut kena ‘getah’ –nya; atau
(2) Terpaksa menahan rasa kebelet – entah itu pipis ataupun poop – karena harus mengantri menggunakan toilet umum; atau
(3) Terpaksa menahan rasa emosi yang memuncak karena orang yang menyebabkan timbulnya gejolak instabilitas emosi itu dengan behavior-nya yang sungguh ingin membuatmu menginjaknya sampai gepeng adalah sumber penghasilan kita (atau yang dapat juga dibaca: klien), dan uang yang bisa didapatkan darinya relatif besar jumlahnya; atau bisa juga
(4) Terpaksa bolak-balik mengeluarkan uang gara-gara jatuh sakit padahal sakitnya itu ditularkan oleh orang lain dan hanya karena pekerjaan saja yang menyebabkan kita terpaksa berhubungan / menjalin kontak langsung dengan si pesakitan (sudah macam narapidana di pengadilan saja istilahnya); atau
(5) Terpaksa membatalkan janji kencan dengan pacar karena ada pekerjaan mendadak yang baru masuk dengan deadline yang sangat mepet alias harus di-submit ke klien petang itu juga; serta
(6) Dan lain sebagainya.

Kalau mau dilanjutkan terus, daftar ini bisa akan sangat panjang kali lebar dan pastinya akan lebih panjang daripada daftar belanjaan bulananku di sebuah hypermarket langganan.

Kata teman-temanku, semenjak aku mulai kembali berhubungan asmara (ih, geli sendiri membaca istilah ini), dalam artian ”In a Relationship”, auraku jadi lebih cerah, aku jadi lebih relax dan sudah tidak terlalu negatif lagi dalam menghadapi segala macam hal?

Mungkin ada benarnya, entahlah. Tapi bagus juga kalau Dia bisa memberikan pengaruh sangat positif padaku.

Hanya ada satu keluhan ringan dalam hubungan ini, sejak jalan bersama Dia, aku jadi boros banget. Ha! Ha! Jadilah rencana giat menabung dengan cita-cita untuk bisa beli MacBook berwarna hitam terpaksa dilupakan dulu.

Tapi mohon diperhatikan dan dicatat serta dicamkan baik-baik dalam benak Anda para pembaca terhormat, ini bukanlah sebuah keluhan, lho!

Thursday, October 9, 2008

Loose Knots


I remember when
Both of us laughed
On the side of the road under the traffic light

Holding hands
You promised me that
You’d always stay the same

When those diamonds shone in your eyes
How could I not trust you?
How could I not believe in you?

Yet things did not go as we’ve planned together

Now all that is left behind is I who keep wondering

What it is that holds together the loose knots of our relationship?

Wednesday, October 8, 2008

The Curious Case of Coincidence


One of my very best and closest friend broke up with his boyfriend.
It happened last night.

I just found out less than ten minutes ago. And it was accidentally, when I discovered that he's not listed in my Facebook. So I asked him what's wrong with his account. And that's when he dropped the unpleasantly surprising news.

Now I guess that explained my nightmare, which troubled me so much when I woke up this morning.
In that dream, my upper lip are bleeding and there was nothing I could do to stop it. When I felt a wave of panic rising from my abdomen, I woke up. Abruptly.

I completely forgot about that incubus because I was so busy catching up with deadlines and two meetings today. After all have set and finished, I logged in into my Facebook to read my friends newsfeed. I did this daily not only to keep up with my friends' updates, but also because I am now a (self-confessed) Facebook addict.

However, some unexplainable feeling made me checked on my best friend's account, of which I failed to find. Curiousity made me texted him for inquiries.

But I was not prepared for that kind of answer from him.

He texted me back, telling me that he deleted his Facebook account. Because he broke up last night. And that (supposedly hard ?) break-up made him feel uneasy towards the outside world. And now he just wants to retract himself from reality. Hopefully, for a very short time.

Guilty - eventhough only for a bit - is what I feel right now.

Because it was me who talked him out to end his rocky relationship with this guy, whom I also know. But I remember I told him that he should do it only in one condition, when he has come to the culmination point of uncertainty on where their relationship is heading.
This happened last Sunday.

Whether he really took my suggestion or not,
Whether I also am the one to blame here,
Whether his decision to call it off had anything to do with my nightmare,
... I really don't know.

My best friend promised he'd tell me the whole story tonight.

Now what I would hear from him, I can promise you, I won't reveal here.

Because I am not the type who kiss and tell.

Sunday, October 5, 2008

Bukan Kekasihku



Hari ini menandai telah 8 bulan kami saling bertemu secara eksklusif. Dan rahasia. Sifat yang disebut terakhir ini paling penting, karena kami memang perlu berupaya keras sedapat mungkin untuk mempertahankan hubungan ini tertutup, hanya diketahui oleh sesedikit mungkin orang.
Dan dari semua jenis orang yang menghirup udara kota ini, subspesies yang paling penting untuk dihindari adalah gerombolan manusia liar dengan tabiat cenderung brutal yang berani menamai diri wartawan infotainment.
“Cis! Berani-beraninya menyebut diri wartawan, padahal mereka tak mengerti apapun tentang kode etik jurnalisme!” demikian desisnya padaku suatu kali, ketika dalam satu kesempatan nyaris terpergok sedang berjalan bersama denganku.
Itulah sebabnya kami sekarang lebih ketat dalam mengatur pertemuan, harus selalu dengan pengaturan-pengaturan khusus. Tidak bisa langsung berjanji bertemu di satu tempat ketika ingin bersua.
Semua karena sosoknya yang terlalu banyak dikenali di kota ini. Padahal ia harus menjaga status sosialnya demi mempertahankan nama baik keluarga yang sudah terkemuka bahkan sejak bangsa ini belum merdeka. Sedangkan aku harus mempertahankan posisiku di perusahaan raksasa ini, yang terlanjur memanjakanku dengan terlalu banyak kenyamanan.
Aku sebenarnya benci bersandiwara, tak pernah kuanggap diriku bisa, tapi demi hubungan kami terjaga, harus kupaksa.
Itulah sebabnya setiap kali mendapatkan undangan untuk menghadiri acara-acara sosialita, harus kubertanya terlebih dulu padanya. Barangkali saja dia akan turut hadir di sana.
Kami sama-sama menyadari, keberadaan kami dalam rentangan jarak yang terlalu dekat bisa jadi berbahaya. Karena kedua tubuh kami bagaikan dua kutub magnet berbeda, yang dengan kekuatan luar biasa akan saling tarik, ingin menyatukan diri bersama. Daripada tertangkap basah sedang bercumbu di sudut-sudut gelap dan tersembunyi yang seringkali susah menemukannya, lebih baik kami saling menghindar, menahan dorongan jasmani.
Itulah sebabnya sekarang kami lebih akrab dengan sudut-sudut tua dan kelam kota ini, yang lebih menjamin reklusifitas bila dibandingkan dengan klab malam manapun di Selatan.
“Sampai kapan sih kita harus begini terus?”, pernah kubertanya saat ia masih dalam pelukanku. Buliran keringat yang tadinya membasahi punggungnya belum kering benar.
“Sampai aku mengatakan, ‘This is it. This is our time.’” sahutnya dengan suara pelan sedikit mendesah.
Aku tahu dia pasti sudah setengah jalan menuju kelelapan tidur. Tak apa, aku suka memeluknya saat ia tidur. Kulitnya lembut dan rambutnya selalu wangi terjaga. Mengantarkanku sendiri kepada nyenyak. Setiap kali usai bercinta dengannya, aku selalu bisa terlelap dengan mudah, dan mendapatkan mimpi indah. Sayang sekali waktu semacam ini tidak pernah bisa kami nikmati lebih lama daripada satu malam dalam setiap pertemuan.
Karena ia harus menjaga status sosialnya, dan aku dengan posisi di perusahaan multinasional itu.
Hidup lebih sering tidak bisa memberikan segala hal yang kamu inginkan.

Tuesday, September 23, 2008

It's Complicated


Awalnya, dalam hal ini duluuu sekali kurang-lebih sudah tiga tahun silam, aku merasa alangkah senangnya ketika melihat kolom status di Friendster menawarkan opsi “It’s Complicated” sebagai alternatif pilihan selain Status standar dan membosankan semacam ‘Single’, ‘In a Relationship’, dan ‘Married’.
Entah mengapa, bagiku seperti ada bumbu intrik yang begitu kental dengan status yang menyebut It’s Complicated tersebut.

Sejak minggu pertama kusadari ada opsi Status tersebut, langsung kotaknya kucontreng check-in.
Yes! Sekarang kehidupan asmara ku pun beraroma intrik dan terasa lebih sensual dan misterius. Setidaknya inilah ilusi dalam benakku saat itu.

Kalau ditanyakan kepada diriku sendiri, saat itu memang hubunganku dengan R sedang tidak jelas statusnya. Aku bersikukuh ingin mempertahankan hubungan yang sudah berjalan satu tahun ini. Namun sebagian dari diriku, barangkali bisa dikatakan alam sadarku, berulang-kali check-in dan meminta aku segera check-out dari hubungan kami tersebut.
Andai saja waktu itu aku lebih memperhatikan tanda dan penanda ..., well, tapi tentu saja bukan itu yang ingin kubahas saat ini.
Yang jelas, bagiku saat itu terminologi It’s Complicated merupakan status hubungan yang paling tepat untuk menggambarkan hubunganku dengannya.

Seiring perjalanan waktu dan panjangnya penjelajahan di situs jejaring sosial ini semakin kutemukan ada begitu banyak orang-orang tidak penting lainnya yang asal mencantumkan ”It’s Complicated” dalam pilihan statusnya. Dengan semakin banyak yang memilih untuk mencantumkannya di dalam profile mereka, semakin aku merasa bosan dengan terminologi tersebut dan semakin aku merasa eksklusifitas kerumitan hubunganku ternyata tidaklah sungguh-sungguh eksklusif menjadi pengorbananku seorang dalam menjalani sebuah hubungan.
Menyedihkan? I knew.

Hingga kemudian kulihat opsi It’s Complicated di Friendster tersebut kini mencantumkan tanda hak paten. TM. Membosankan dan menyebalkan. Sebegitu bernilai ekonomikah sebuah pernyataan status (ketidakjelasan) hubungan antarmanusia? Padahal ini bukan St. Valentine’s Day.

Sehingga akhirnya, saat itu meski terasa berat, kuputuskan untuk melepaskan R. Apapun alasannya, telah tiba saatnya untuk melangkah memasuki babak baru. Menjalani kehidupan sebagai seorang Single.

Meskipun sepertinya semua orang tentu tahu bahwa ketika di saat-saat menjelang puncak produktifitas masa muda terpaksa harus hidup membujang tanpa ikatan romantika, adalah suatu kondisi yang sangat tidak enak.
Tidak ada someone special untuk berbagi kisah sukses dan rasa bangga atas sebuah pencapaian. Bahkan tidak seorang sahabat pun bisa menggantikan posisinya.

Tapi yang justru kulakukan saat itu adalah, mengumumkan kepada dunia (virtual) bahwa hidupku baik-baik saja. Sampai ke tahap menyebut diriku sedang dalam sebuah hubungan, In a Relationship.
Betul sekali, box itu yang kucontreng check-in saat-saat aku sesungguhnya sedang Single.
Penipuan publik? Itu hanya istilah hiperbola yang diciptakan infotainment untuk menuduh para selebriti kelas B yang memalsukan status mereka.

Maknanya bagi diriku sendiri? Pahit.

Karena, tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh kutipu, selain diriku sendiri.

Tuesday, September 16, 2008

Gone


Sometimes,
My mind still wandered
Thinking about how our relationship used to be
Before our love is gone

We were so entwined in our lies,
Surrounded by this make believes

I should have known the road we chose would run out on us

Can you tell me now what are we supposed to do?
After all that you and I have been through,
When everything that once felt so right now turns wrong,
Now that our love is gone

Our relationships last for years, but
I didn’t really know what to call you,
And to me,
You didn’t know me at all

I know you feel so hurt inside,
As I do feel just the same,
But if you still want to go on,
We need to find another reason

We have got to find another reason to hold:

Is it ...
Love?

You always seem to know where to find me
Yet I’ll never really learn how to love you

There is nothing left between us to prove,
Don’t see any reason to deny this simple truth.
I can’t find any reasons to keep holding on,
Now that our love is gone

So I need you tell me,
How many ways can we stand there in playback?
How did we end up standing here,
While I stared at you crying underneath the clear blue sky?

There’s nothing left for us to say

It’s time to move and go separate way,
Now that our love is gone.


Friday, June 13, 2008

And I’ll Just ... (Walk Away)



I don’t know for how long I have felt that
There’s a deep river of tears inside I need to cry
Been holding back for years and perhaps will always be
But that was when I think there’s no future without you

There’s a high mountain so great its altitude I need to climb
To encourage me wipe away the hidden fears
And on its top I feel like home because
Solitude and loneliness has been the only true friend of mine
Even when there were you to fill my days

Who knows where I am going, or
Does tomorrow belong to me?

But that was then and
This is me now
As I’m turning my back on sadness and emptiness
I decide that it is now to leave them all behind

Strength will be by my side
Even though I feel afraid but
I know it’s already too late to say goodbye
We know there’s nothing left to say to each other

I will walk this path
This time with my head up high
I will walk away with pride, just me and myself

I have nothing left neither to regret nor to hide
No tender moment to hold because we had none
And those tears you once saw flowing down from my eyes
They won’t be there ever again

And I’ll just walk away from us

Wednesday, January 16, 2008

Under The Darkly Night Sky




I have been walking lonely down this empty street tonight
I don’t know what is wrong with me
I have sung Fix You for myself to hear
But this voice trembled harder long before the end
The clouds cover up this darkly starless night sky
I don’t know what is left of me
Somehow I just don’t know what is right with me

Tried to keep my distance
That is what I have done lately
I have besmirched all our memories
But there will always be a trace of you inside me

I still remember some ups we had
You and me laughing at Spongebob and Patrick and the peculiar inhabitants of Bikini Bottom
You tried impersonating their quirky voices just to make me laughed harder
But the ones that tickled me much were your innocent childish smile
And those deep wells on both sides of your cheeks shown each time

And I fell in love with your calm assuasive clear eyes
How they led my battered and bruised self found the serenity within your soul
I will never forget how you pulled me towards you hugged me closely saved me from walking carelessly too close to the edge of sanity
And catered me security
And made me confessed indirectly that it was with you that I fell so much in love of this kind for the very first time

And then you whispered in your sweet husky voice,
“Don’t leave now. Because I need you just as polar bears need Arctic’s ice.”
“Let me in. Because I want to share this warmth within me so that you’ll never again feel that winter in your soul.”
“Hold my hand. Because you’re too precious to ever let go.”
“Stay with me. Because I love you as the night loves being accompanied by the stars and the moon.”
And each time I cried inside, you just knew
“Hush now. I don’t want you shed your precious little diamonds.”

I believe God sent you all the way from His beautiful Garden
As a true sign that He loves me that much
And how I felt so much blessed

But maybe those darkly starless night skies were changing you
Nights before we could ever met for the first time
And even though they put radiant diamonds in your eyes for me to admire at nights before I fall asleep
I will never understand why the same darkly starless night skies gradually changed your heart
To be as cold as those stones on the bank of the solitude lake we visited last monsoon

And I always thought we were going to make this through
You love me love you what else do we need?
“Nothing, just the two of us,” that was your answer the first and also the last time I asked

Yet still I wonder naively,
What things will hold together the loose knots of our relationship?
How I wanted to hear if first from you before holding my hand and lead us walking our life
If in the end you me go,
How many days am I going to regret you?
How many tears am I going to shed for you?

And how vast those darkly starless night skies I am going to look up to and not thinking of you?

Thursday, November 1, 2007

Silly Guy


You know how much I’m in love with you, you silly guy
Anyone can see it, for it becomes too apparent in their eyes

But now I wonder what is it with you, you silly guy
I can feel your heart beating peculiarly fast in this chance meeting

Do you want me to take these all away, you silly guy?
Let’s not be so sure because even though I do it now, still we have it all later in the end

You know too well I’m not an optimistic person, you silly guy
But when I find you here in this place I feel this is where I belong

In the place where we know the bond between us will make us prevail
You and I both, two silly guys

Friday, September 28, 2007

Sparkling Little Drops of Diamonds

Hari kian bergulir
Makin dekat dirimu di hatiku
Meskipun tak terucapkan
Ku merasakan dalamnya cintamu

Ever since the hands of the clock struck past midnight, my Sony Ericsson cellphone kept ringing virtually every couple of minutes. It awaken me so I thought to myself, "Gee, weren’t there any normal people sleeping at this wee hours nowadays?!"

Ada SMS masuk. Beep beep.
Lagi, beep beep.
Lagi dan lagi, beep beep beep beep.

Text messages were from my closest circle of friends, acquaintances, and sisters.
Even from some gorgeous guys who said that they like me (no further comments needed from you people, please. I already had enough, thanks!).

They were all wishing me a Happy St. Valentine’s Day.
Funny, since I’m not celebrating it.
As in never.
Not even back then, in the time when I was still engaged in curiously strange love-hate relationships with my previous lovers.

Anyway, sejujurnya aku senang-senang aja sih masih banyak yang mengingat diriku and wishing me happiness with the one I love (the question that still lingers, ‘with whom?’).
Terutama karena aku adalah seorang lelaki yang mencantumkan statusnya di profile Friendster sebagai: “It’s complicated”.
Betul sekali, tampak complicated karena seperti kata seorang teman dekat yang saat ini sedang hamil 7 bulan, “MarkO itu cowok yang di mata orang-orang sepertinya selalu jomblo”.

Hari ini terus beranjak siang dan semakin terasa berat dan menyebalkan, karena aku masih belum mendapatkan pesan cinta apapun dari dirinya.

Even though I already mentioned above that I don’t celebrate ever-so-commercially-exploited St. Valentine's Day, tapi setidaknya aku masih mengharapkan any affectionate gestures dar Cintaku.

“Hhhmmpfft, what’s going on here? Kenapa dia masih belum mengucapkan sesuatu pun? Kenapa Cintaku tidak menelpon, tidak kirim SMS, not even sending any e-mail?”
Batinku bertanya-tanya. Kegalauan perasaan seperti yang katanya sering dialami oleh orang-orang yang sedang ditelan ombak perasaan cinta yang membingungkan perlahan mulai menghempas, menerpa jiwaku.

Jangan berhenti mencintaiku
Meski mentari berhenti bersinar
Jangan berubah sedikitpun
Di dalam cintamu ku temukan bahagia

* * *

Malam itu aku menyaksikan konser Sang Dewi.
Titi DJ tampil begitu penuh pesona, sungguh laksana seorang dewi yang kebetulan sedang mampir ke bumi, entah mencari apa. Dan ketika Titi menyanyikan bagian refrain (seperti kutipan di atas), seakan jutaan perasaan ekpresif penuh cinta mengalun, mengalir bersama suaranya.
Terjepit di antara ratusan manusia di kelas festival yang mendadak serempak menyanyi bagaikan choir dadakan, jiwaku diliputi perasaan haru yang teramat sangat.
Pandanganku mendadak buram. A single drop of tear menggantung di pelupuk. "Stop it! Don’t let anyone see that you’re shedding tears."

Namun saat tanganku bergerak ke arah mata untuk menghapusnya, that single teardrop already fell, sliding down on my left cheek.
That moment, I suddenly wished it froze in that very moment and turned into a drop of little precious diamond so that I could present it to my Cinta agar dia bisa menyaksikan sendiri bukti kasih-sayangku padanya.

Untunglah saat itu di dekatku tidak ada Benigno Martin, sehingga di kemudian hari aku tidak perlu menjelaskan kepadanya, atau kepada siapapun, mengapa aku menangis ketika menyaksikan satu keindahan di depan mata.

Jalan mungkin berliku
Tak kan lelah bila di sampingmu
Semakin ku mengenalmu
Jelas terlihat pintu masa depan

Satu malam di bulan Agustus tahun 2005 lalu, aku duduk dengan wajah cemberut di sebuah sofa di salah satu café di La Piazza. Kesal dengan situasi saat itu :
"Kenapa sih perempuan satu ini mesti selalu mendramatisir perasaannya? Pura-pura marah dan meninggalkan aku duduk sendiri di tempat konyol ini, ditemani secangkir caramel latte penuh lemak yang sama sekali tidak enak. Huh!", demikian batinku.

Mendadak perhatianku beralih ke wide screen plasma di depanku yang menampilkan wajah Chris Martin. Dengan suaranya falsetto-nya yang khas dan permainan pianonya yang memukau, ia menyanyikan Fix You. Lagu yang, entah mengapa, saat itu langsung membuat pikiranku melayang kepada Cintaku. Dialah sosok yang kubayangkan selama ini selalu berada dalam belantara imajinasiku, menjadi The One who will complete me.
Dan tanpa kusadari saat itu, sebutir 'berlian' pun mengalir turun di pipi. Cinta memang memiliki kekuatan mengubah perasaanmu menjadi lebih lembut, dan lebih sensitif.

“Cintaku, I really wish you’re the one who’ll complete my life. The one who’ll fix my feeling. The one who’ll make what Chris sung on ‘Fix You’ come true to me. Love you, always and forever”
Demikian isi SMS yang kukirimkan padanya saat itu.

Cintaku tidak merespon langsung malam itu. Meskipun aku menunggu hingga tiba waktunya untuk membaringkan tubuhku dan beristirahat malam itu.

What's the worst that could happened other than stuck in the moment with a girl that I don’t like in this place I can’t enjoy at the moment when I need someone desperately, the one who is better than this one I’m with now? Such irony.

Namun esok harinya di inbox e-mail ku ada satu pesan singkat darinya:
Lovely Honey, coba cek blog aku. Sending you warmth hugs and kisses. Your Love.R

And to my surprise, dia sudah mencantumkan lirik Fix You dalam blog-nya yang simple itu, beserta satu testimoni singkat darinya di profile Friendster-ku, sebagai bukti cintanya. Dan saat itu hatiku terasa membuncah akibat cintanya padaku.

Jangan berhenti mencintaiku
Meski mentari berhenti bersinar
Jangan berubah sedikitpun
Di dalam cintamu ku temukan bahagia

* * *

Dan kini sudah empat bulan berlalu sejak sebutir berlian yang mengalir turun bersama lantunan Sang Dewi.

Hubungan jarak jauh dengan Cintaku, seperti yang sudah diramalkan oleh Bradley, sempat merenggang, terlebih di malam Tahun Baru itu, ketika kami memutuskan untuk berpisah. Tak mungkin rasanya menjalani hubungan seperti ini, suatu hubungan yang rasanya sedalam Palung Mariana, namun ganjilnya, seperti tidak memiliki masa depan.

“Maafin aku yg tak pernah buatmu bahagia. Jika takdir bicara lain dari rencana qta, satu hal yg aku mau kamu tahu.. AKU AKAN TETAP MENCINTAI SERTA MENYAYANGIMU. Kamu akan jadi Pria Pertama dan Terakhir yg aku cinta. Smoga Tuhan beri qta jalan serta petunjuk ttg hubungan ini.. Love U Mark”

Dan jadilah dia bagian dari resolusi tahun baruku : untuk melupakannya dan meneruskan hidupku tanpa cintanya. Karena mencintainya ternyata justru menyakitiku.

Namun hidup seakan menghendaki lain. Justru perpisahan sementara itu menyadarkan aku dan dia bahwa kami sungguh saling mencinta.

“Coba ada kamu di sini, beside me.. Qta nikmati rembulan yg malu2 di atas sana. Diiringi angin yg menderu n ombak yg membelai pantai.. Apalagi kalo qta naik helicopter ber 2 menuju kep. Natuna... Romantis kali ya.. Aku lg denger Just When I Needed U Most.. Jd sedih, inget rumah&kamu.. Hiks”

Dan malam itu ketika aku baru saja dikabari olehnya bahwa dia akan ditugaskan ke Dubai dalam waktu dekat oleh perusahaan minyak tempatnya bekerja, hatiku kembali galau.

As if life played some cruel jokes called love on me.
As if I’m not entitled to any rights of ‘to love and be loved in return’.
And God knows how it hurts.

“C’est la vie”, so one of my close friend once said.
Bahkan meski dia sudah berhasil mengubah hidupku, dia yang mengajariku untuk kembali mencinta, dan membuatku kembali merasakan indahnya mencintai seseorang setulus hati, aku seakan masih tidak memiliki peluang untuk nikmati hidup penuh cinta bersamanya.

* * *

Jadilah di malam lain itu ketika aku kembali tersadarkan sedang berada di antara ribuan manusia yang matanya tak berkedip menatap panggung, dan sosok Titi Dj. yang cemerlang diapit oleh gemerlap dua diva lainnya, ketika suaranya kembali mengalunkan refrain Jangan Berhenti Mencintaiku, seakan aku mengalami déjà vu.
Kembali kurasakan desakan haru di dada, kembali kuberharap tidak ada Benigno di dekatku yang akan menyaksikan bukti dalamnya cintaku padanya, my Love.R, Cintaku.

Because at that very moment, a little drop of precious diamond fell, dripped on my cheek.

Semoga tiada berhenti
Bersemi selamanya

Adakah ‘Cinta Sejati’ itu ?
Adakah ‘Cinta Abadi’ itu ?

* * *

Dan sore ini ketika aku hendak beranjak pulang meninggalkan kantor, kulihat satu icon amplop berpendar di pojok kanan monitor computer, just seconds before I signed myself out of my yahoo messenger.

Ah, palingan hanya satu pesan pemberitahuan bahwa aku mendapatkan mesej di inbox friendster, demikian dugaanku.
Lalu aku buka inbox dan, voila!

There’s an e-mail with subject:
Happy Valentines Day from Your R.

Happy Valentine's Day :
A Valentine From Me...

Lovely Honey,

MoRe LoVe iN yOuR LiFe n wIsH yOu aLL dA hApPiNeSs iN ThIs wOrLd ThaT yOu cAn HoLd.

FrOm sOmEoNe ThaT hAd TuRnEd yOuR wOrLd uPsIdE dOwN.. rEaLLy sOrRy FoR iT..

Your Love.R


But this time, there is no sparkling precious little drop of diamond dripping down on my cheek.

It occurred to me, that perhaps, it's simply because I felt tired loving you, and I'm not gon' cry for you no more.

While all the time that I was loving you
You were busy loving yourself
I would stop breathing if you told me to
Now you're busy loving someone else ...

...

I'm not gon' cry, I'm not gon' cry
I'm not gon' shed no tears
No, I'm not gon' cry, it's not the time
Coz you're not worth my tears ...


[Sparkling Little Drops of Diamonds was originally published in my previous blog on February 16th, 2006]