Wednesday, September 2, 2009

You Are What You Read of 2009


I know it’s only September, and the end of 2009 is still 3+ months away. But when a friend tagged me in one of her notes – which I copied and pasted below, but obviously changed her answers with my very own first – I was tempted to give it a shot.

The rules are simple: you have to answer these following questions using only book-titles which you have read in 2009. You are also expected not to repeat the titles.

Piece of cake, right? And now, you can read my answers. Here they go!

* * *

Describe yourself: The Great Gatsby (F. Scott Fitzgerald)

How do you feel: Possible Side Effects (Augusten Burroughs)

Describe where you currently live: Ghost World (Daniel Clowes)

If you could go anywhere, where would it be: The Mysteries of Pittsburgh (Michael Chabon)

Your favorite pastime: Sex After Dugem – Catatan Seorang Copywriter (Budiman Hakim)

Your favorite form of transportation: The White Tiger (Aravind Adiga)

Your best friend is: Spring-Heeled Jack (Philip Pullman)

You and your friends are: The Three Robbers (Tomi Ungerer)

What's the weather like: Silence (Shusaku Endo)

You fear: The Catcher in The Rye (J. D. Salinger)

What is the best advice you have to give: Almost Everything (Joelle Jolivet)

Thought for the day: More About Nothing (Wimar Witoelar)

The most precious thing in your life: Egg in The Hole (Richard Scarry)

How you would like to die: When You Are Engulfed in Flames (David Sedaris)

Your soul's present condition: Dan Damai di Bumi! (Karl May)

* * *

Not only very easy, this is also fun. Don't you think so? So why don’t you give it a try?

Rambut Lego


Semakin panjang rambutku, akan semakin lama waktu yang kubutuhkan di depan cermin setiap pagi, sebelum berangkat keluar rumah. Tujuannya, bukan sekedar kegenitan mematut-matut diri, tapi untuk merapihkan rambut, atau untuk mengaturnya agar tampak sesuai dengan kostum yang dikenakan hari itu. Maksudnya, kalau sekedar pakai t-shirt dan jeans doang, ya dibuat sedikit acak-acakan seperti orang yang baru bangun tidur langsung berganti baju dan keluar rumah, tak mengapa; tapi kalau sedang ada schedule khusus dan musti tampil rapi karena harus bertemu klien atau dinner di tempat-tempat eksklusif bersama pasangan, tentu saja penataannya juga harus disesuaikan.

Namun belakangan ini jarang sekali aku bisa mengatur tatanan rambut sesuai keinginan dengan cepat dan mudah. Masalah utama adalah karena kondisi rambutku yang kering dan kasar, sama sekali bukan tipe yang layak untuk dijadikan model iklan shampoo. Mungkin saja ini akibat pengaruh sejak zaman dahulu kala, selalu berpanas-panas nyaris tak pernah pakai topi ketika sedang melakukan aktivitas di luar ruangan, dan paling malas merawat rambut di salon, karena di kamar mandi pribadi saja benda yang namanya conditioner itu lebih sering tidak ada.

Jadi teringat salah satu foto jaman masih kanak-kanak dulu, rambutku yang ikal (curly & wavy) bila dibiarkan tumbuh panjang akan mengembang sedemikian rupa, sehingga apabila dilihat dari jarak jauh lebih mirip pentul korek api atau seorang anak yang sedang mengenakan helm. Bahkan di awal tahun sembilanpuluhan, ketika sedang berkunjung ke rumah Kakek dan Nenek, salah seorang kerabat jauh mengira bahwa anak kecil yang sedang ribut pukul-pukulan dengan seorang anak lainnya di hadapannya saat itu adalah seorang anak perempuan tomboy, berkat kondisi rambut yang megar mengembang membahana. Padahal anak kecil yang ribut itu aku. Ugh!

Tadi pagi, sebelum akhirnya berangkat menuju kantor, kuputuskan untuk mengatur rambut rapih saja, dengan belahan di samping kanan seperti anak sekolahan atau mereka yang bekerja di sektor formal lainnya, meskipun hari ini sebenarnya aku mengenakan t-shirt dan jeans dan sneakers. Sesungguhnya, a very casual look. Penataan rambut belah samping, sedikit berponi menutupi dahi dan teratur rapih yang seringkali kusebut sebagai model rambut Lego. Dan bila mengingat seperti apa warna aseli rambutku, tentunya gaya rambut seperti ini akan semakin membuatku tampak lebih tua lagi daripada umurku yang sesungguhnya.

Sigh.



Note: image courtesy of squarecircle.

Tuesday, September 1, 2009

"Isn't it ironic? Don't you think?"


"An old man turned ninety-eight
He won the lottery and died the next day"

Pada awalnya kupikir dua baris pertama lirik lagu Ironic, yang diciptakan sekaligus dinyanyikan sendiri oleh Alanis Morissette, semata adalah buah dari kejeniusannya dalam menulis lirik. Hingga lebih dari satu dekade kemudian, ketika dari aktivitas browsing iseng kutemukan kisah tentang Wayne Schenk.

Wayne Schenk adalah seorang pria Amerika yang berdomisili di negara bagian New York. Usia purnawirawan angkatan darat ini ‘baru’ 51 tahun ketika ajal menjemputnya, akibat sakit kanker paru-paru yang tak bisa disembuhkan.

Pada bulan Desember 2006, Wayne yang lima minggu sebelumnya didiagnosis kanker paru-paru stadium akhir dan divonis dokter hanya akan bertahan hidup kurang dari satu tahun lagi, membeli sebuah tiket lotere senilai US $ 5. Tanpa diduga oleh siapapun, apalagi olehnya sendiri, ia berhasil memenangkan hadiah utama lotere senilai US $ 1 juta! Mengetahui nilai kemenangannya, ia pun merencanakan untuk menggunakan hadiah uang tersebut untuk membayar biaya perawatannya di institusi khusus perawatan penderita kanker terbaik di New York.

Namun niat Wayne tersebut tak dapat diwujudkan, karena peraturan lotere menyatakan bahwa pemenang hadiah akan dibayar dalam 20 installment tahunan masing-masing senilai US $ 50.000 (dicicil selama 20 tahun). Sementara itu, penghasilan Wayne dari uang pensiun dan pendapatannya sebagai pemilik kedai minum lokal tak cukup memadai untuk menutupi biaya pengobatan di institusi kanker kelas atas yang ia inginkan. Terlebih lagi, Wayne Schenk ternyata tidak memiliki asuransi jiwa.

Meskipun uang kemenangannya dari lotere Negara Bagian New York tidak bisa ia dapatkan sekaligus sesuai rencana semula, setidaknya Wayne masih sempat mengambil satu langkah yang dianggapnya sangat penting : ia menikahi teman wanitanya sejak lama, Joan DeClerck, pada tanggal 4 April 2008, agar kelak uang hadiah lotere tersebut dapat diwariskan kepada orang yang benar-benar dikasihinya.

Kondisi tubuh Wayne di hari pemberkatan pernikahannya itu sudah sangat lemah, sehingga ia harus mengenakan tabung oksigen agar dapat terus bernapas. Di akhir bulan yang sama, hanya sekitar dua minggu setelah menikah, Wayne Schenk pun menutup mata untuk selamanya, kurang dari empat bulan setelah berhasil memenangkan lotere 1 juta dolar.

"And life has a funny way of helping you out when You think everything's gone wrong and everything blows up in your face

...

Life has a funny, funny way of helping you out
Helping you out"