Tuesday, September 23, 2008

It's Complicated


Awalnya, dalam hal ini duluuu sekali kurang-lebih sudah tiga tahun silam, aku merasa alangkah senangnya ketika melihat kolom status di Friendster menawarkan opsi “It’s Complicated” sebagai alternatif pilihan selain Status standar dan membosankan semacam ‘Single’, ‘In a Relationship’, dan ‘Married’.
Entah mengapa, bagiku seperti ada bumbu intrik yang begitu kental dengan status yang menyebut It’s Complicated tersebut.

Sejak minggu pertama kusadari ada opsi Status tersebut, langsung kotaknya kucontreng check-in.
Yes! Sekarang kehidupan asmara ku pun beraroma intrik dan terasa lebih sensual dan misterius. Setidaknya inilah ilusi dalam benakku saat itu.

Kalau ditanyakan kepada diriku sendiri, saat itu memang hubunganku dengan R sedang tidak jelas statusnya. Aku bersikukuh ingin mempertahankan hubungan yang sudah berjalan satu tahun ini. Namun sebagian dari diriku, barangkali bisa dikatakan alam sadarku, berulang-kali check-in dan meminta aku segera check-out dari hubungan kami tersebut.
Andai saja waktu itu aku lebih memperhatikan tanda dan penanda ..., well, tapi tentu saja bukan itu yang ingin kubahas saat ini.
Yang jelas, bagiku saat itu terminologi It’s Complicated merupakan status hubungan yang paling tepat untuk menggambarkan hubunganku dengannya.

Seiring perjalanan waktu dan panjangnya penjelajahan di situs jejaring sosial ini semakin kutemukan ada begitu banyak orang-orang tidak penting lainnya yang asal mencantumkan ”It’s Complicated” dalam pilihan statusnya. Dengan semakin banyak yang memilih untuk mencantumkannya di dalam profile mereka, semakin aku merasa bosan dengan terminologi tersebut dan semakin aku merasa eksklusifitas kerumitan hubunganku ternyata tidaklah sungguh-sungguh eksklusif menjadi pengorbananku seorang dalam menjalani sebuah hubungan.
Menyedihkan? I knew.

Hingga kemudian kulihat opsi It’s Complicated di Friendster tersebut kini mencantumkan tanda hak paten. TM. Membosankan dan menyebalkan. Sebegitu bernilai ekonomikah sebuah pernyataan status (ketidakjelasan) hubungan antarmanusia? Padahal ini bukan St. Valentine’s Day.

Sehingga akhirnya, saat itu meski terasa berat, kuputuskan untuk melepaskan R. Apapun alasannya, telah tiba saatnya untuk melangkah memasuki babak baru. Menjalani kehidupan sebagai seorang Single.

Meskipun sepertinya semua orang tentu tahu bahwa ketika di saat-saat menjelang puncak produktifitas masa muda terpaksa harus hidup membujang tanpa ikatan romantika, adalah suatu kondisi yang sangat tidak enak.
Tidak ada someone special untuk berbagi kisah sukses dan rasa bangga atas sebuah pencapaian. Bahkan tidak seorang sahabat pun bisa menggantikan posisinya.

Tapi yang justru kulakukan saat itu adalah, mengumumkan kepada dunia (virtual) bahwa hidupku baik-baik saja. Sampai ke tahap menyebut diriku sedang dalam sebuah hubungan, In a Relationship.
Betul sekali, box itu yang kucontreng check-in saat-saat aku sesungguhnya sedang Single.
Penipuan publik? Itu hanya istilah hiperbola yang diciptakan infotainment untuk menuduh para selebriti kelas B yang memalsukan status mereka.

Maknanya bagi diriku sendiri? Pahit.

Karena, tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh kutipu, selain diriku sendiri.

No comments: