Wednesday, September 3, 2008

Gatsby de la crème



Memasuki bulan September ini, berhubung adalah juga bulan Ramadhan di mana mayoritas penduduk negeri ini sedang menunaikan ibadah puasa, berkaitan langsung dengan ritme pekerjaan yang lazimnya cenderung menurun. Oleh karena itu terbukalah peluang luas untuk kembali melakukan hobiku yang sudah lama terabaikan, yaitu membaca buku (berkualitas).

Itu artinya, program One Book One Month –ku mudah-mudahan bisa berlanjut setelah sempat vakum beberapa bulan belakangan ini akibat kesibukan pekerjaan yang sangat menyita konsentrasi, waktu dan energi. Mengenai program O.B.O.M. itu akan kujelaskan kemudian dalam tulisan lain (mudah-mudahan ingat dan sempat).

Kebetulan sekali momen sekarang ini cukup pas, dikarenakan pada akhir pekan kemarin ketika dibingungkan oleh keperluan mencari-cari hadiah ulang-tahun apa yang paling cocok untuk Lindsay – yang jelas ga bakalan aku berani memberikan pakaian maupun aksesoris padanya, si ratu belanja itu, yang jangan-jangan sudah memiliki segala model yang ada di Zara maupun Mango untuk memenuh-menuhi lemari pakaiannya – secara kebetulan sekali kutemukan sebuah buku dari koleksi klasik Wordsworth. Cerita lebih lengkapnya adalah sebagai berikut.

Kuingat saat itu akhirnya kuputuskan untuk lebih baik “bermain aman” dalam tantangan kali ini. Either belikan Lindsay kado berupa CD atau buku. Tidak akan semahal produk-produk fashion tapi bisa lebih bersifat last longer. Lalu kuingat bahwa dia sudah beli CD Leona Lewis dua hari sebelumnya, itu juga gara-gara aku menolak membelikan untuknya. Setelah itu dia ga pernah menyebutkan artis penyanyi siapa lagi yang dia lagi ingin. Album terbaru Jason Mraz bisa jadi pilihan, tapi jangan-jangan dia sudah beli duluan?

Akhirnya meskipun masih diliputi ketidakpastian, kulangkahkan kaki memasuki Kinokuniya. Sepertinya buku, lebih tepatnya novel fiksi, adalah pilihan yang paling aman dan tepat. Demikian pikirku. It can never go wrong, kalau sudah tahu karakter bakal calon penerima hadiah.

Pertama-tama dan tentu saja yang kulihat adalah buku-buku pajangan di Best Seller section. Ah, ada The Last Lecture ! Seharusnya menarik, tapi aku tak terlalu yakin. Jangan-jangan Lindsay akan menganggap aku sedang menyindir dia dengan hadiah buku ini, berhubung belakangan ini dia cukup sering mengeluhkan pekerjaannya. Sebaiknya bukan buku ini yang kupilih. Tapi beberapa pilihan lain di section ini, aku tak yakin dia akan begitu antusias ketika mendapatkannya.
Lalu kuputuskan untuk mencoba peruntunganku di bagian literature. Barangkali hampir setengah jam waktu yang kuhabiskan untuk memeriksa seluruh isi rak, sampai leherku terasa sedikit pegal karena harus memiring-miringkan leher naik-turun untuk bisa membaca semua judul buku yang ada. Setelah mengalami kebingungan cukup lama, akhirnya kuputuskan untuk memberikan koleksi the complete and unabridged novels of Jane Austen.

Sampul muka buku dengan ketebalan hampir sepuluh sentimeter ini sama sekali tidak menarik, tapi faktor terpenting dari sebuah buku kan sebenarnya adalah isi buku itu sendiri. Apabila kemudian Lindsay bertanya mengapa buku ini yang kupilihkan untuknya, sudah kusiapkan sebuah jawaban pamungkas yang melibatkan tiga nama wanita-wanita cantik: Keira Knightley, Gwyneth Paltrow dan Dominique Diyose. Keira membintangi versi adaptasi layar lebar Pride and Prejudice, Gwyneth membintangi Emma, dan Dominique senang membaca novel-novel Jane Austen di sela-sela show.
Mudah-mudahan alasan ini akan cukup memuaskan baginya.

Setelah menetapkan pilihan pada Jane Austen, dengan perasaan sedikit lega akupun memutuskan untuk beranjak pergi. Tapi kemudian mataku tertumbuk pada koleksi literature klasik Wordsworth. Ada beberapa judul yang aku sudah punya atau sudah baca, seperti karya-karyanya Charles Dickens dan H.G. Wells dan Jules Verne, tapi ada juga yang aku bahkan tidak memiliki any faintest idea of what the whole story was all about. Salah satunya adalah novel yang kemudian kubeli bersamaan dengan novel Jane Austen itu, The Great Gatsby yang ditulis oleh F. Scott Fitzgerald.

Jika ingatanku tidak mengelabui, sepertinya among my brother and sisters, hanya aku sendiri yang belum pernah membaca buku ini. Ibuku yang tidak terlalu lancar berbahasa Inggris bahkan sudah menonton versi adaptasi filmnya. Kuambil novel tersebut dari rak tempat ia dipajang untuk melihat harganya. Ah! Sungguh sebuah kebetulan yang menyenangkan, karena harganya lebih murah daripada seporsi Frappucino. Bertambah satu alasan untuk membeli novel ini.

Kubalik untuk membaca sinopsis cerita di sampul belakang, hhmm ... Sepertinya bercerita tentang kehidupan para sosialita di New York. Menarik, mungkin bisa dibandingkan dengan kehidupan para pemuda dan pemudi di serial Gossip Girl.
Tapi alasan paling kuat untuk membaca buku ini justru karena jumlah halamannya yang terbilang tipis, hanya sekitar 120 halaman sejak bab pertama hingga penutup ! Dengan perhitungan kasar dan kira-kira, bisa jadi maksimal hanya butuh satu bulan untuk menyelesaikan membaca buku ini. Tidak menyita waktu, tidak membutuhkan ekstra energi maupun konsentrasi, dan karena tipis dan berukuran kecil membuatnya sangat praktis untuk dibawa-bawa. Jadi tidak ada lagi alasan yang mungkin membuatku urung membelinya. Akhirnya dengan ketetapan hati dan kebulatan tekad, akupun melangkahkan kaki menuju kasir untuk membayar kedua novel ini.

Rencananya, novel Jane Austen akan kuberikan nanti ketika bertemu Lindsay akhir pekan ini, karena kami biasanya bertemu selama beberapa jam setidaknya satu kali dalam sebulan. Sedangkan kisah Gatsby yang luar biasa hebat ini, mungkin akan mulai kubaca besok. Malam ini aku ingin mencoba sekali lagi mencari tahu sampai seberapa jauh aku sanggup menghadapi kedua pembunuh berdarah dingin dalam In Cold Blood.

Semoga saja, kisah tentang Gatsby yang hebat ini bisa memuaskan kebutuhanku akan cita rasa istimewa yang hanya bisa dipuaskan oleh bacaan-bacaan bermutu.


No comments: