Friday, September 19, 2008

Sungguh Pedulikah Kamu?


"Gambarkan aku dengan 1 kata. Hanya 1 kata. Kirim jawabannya padaku lalu kirim pesan ini ke teman2mu dan lihat jawaban aneh dan mengagumkan tentangmu. Bales ya, karena ini sangat seru!"

Ternyata meninggalkan jejak-jejak eksistensi berupa komentar dan testimonial di berbagai situs jejaring sosial seperti MySpace, Friendster, Multiply dan Facebook kini tidak lagi cukup bagi sebagian orang.
Sejak dua hari belakangan ini, sudah puluhan teman mengirimkan pesan serupa di atas yang tiba-tiba muncul begitu saja dalam jendela perbincangan saat aku sedang online di Yahoo! Messenger.
Dari content-nya saja, sudah ketahuan dengan jelas bahwa pesan ini tidak lebih dari semacam pesan massal yang dikirimkan kepada semua orang di dalam daftar teman-teman Messenger si pengirim, dan cenderung memberikan kesan layaknya spam messages, yang kurang-lebih menyerupai pesan ucapan selamat hari raya identik dan kurang berperasaan – karena bersifat sangat impersonal – yang berseliweran dan memenuh-menuhi kotak surat telepon genggam kita menjelang perayaan hari raya tertentu.
Sebenarnya sudah sebegitu narsiskah kita kini, sampai merasa perlu meminta semua orang di dalam daftar Y!M kita untuk mendeskripsikan diri kita sendiri? Kalaupun kemudian teman-teman kita di daftar Y!M tersebut merespon, apakah kita benar-benar peduli apa jawaban yang mereka berikan? Apakah kita akan benar-benar senang ketika mendapatkan dan membacanya? Apakah cuma pujian – atau apapun bentuk jawaban yang kita dapatkan – yang memberi makna bagi hidup kita?

Hal-hal kecil dalam hidup terkadang dan dengan caranya yang tak terduga memang bisa mewarnai dan menambah ceria hidup ini.
Namun terkait pesan “hanya 1 kata” ini, apakah kita akan bisa sungguh-sungguh peduli?

Bila ditanyakan padaku, jawabannya adalah: tidak.
Jika aku tidak merasa memiliki kedekatan personal dengan si pemberi jawaban / respon balik, rasanya apapun jawaban yang dia / mereka berikan untukku, tidak akan meninggalkan kesan apapun. Dan sebagai impilkasinya, aku juga tidak akan peduli.
Now you can call me ignorant. Silahkan. I don’t mind at all.


Dan sebagai penutup tulisan ini:
Maaf buat beberapa teman yang hanya mendapatkan respon balik berupa tanda tanya (?) dariku. Aku sudah jelaskan apa maksudku dengan tanda baca itu, bukan?

No comments: