Saturday, May 30, 2009

Sensasi Debutan


Kemarin sore, sekitar pukul 16-an gitu, mendadak telepon seluler yang kugeletakkan di sebelah komputer berbunyi. Eh, sebenarnya ga beneran berbunyi deng, hanya kedap kedip doang sih layarnya, soalnya lagi moda sunyi (silent mode). Pas kulirik, oh, ternyata panggilan dari salah satu kakakku, June.

Barulah otakku mulai bereaksi memproses kejadian tersebut. Jam 4 sore. Telpon dari saudara kandung. Jauh di seberang. Artinya ...?? Degg!!

Mendadak jantung ini berdegup sedikit lebih cepat. Ada apa ya, koq menelpon sore-sore?? Sempat parno ga mau jawab, takut mendengar kabar buruk. Yah, biasanya kan telpon-telponan dengan saudara begini kalau hanya untuk saling bertukar kabar terbaru, cenderung dilakukan saat-saat larut malam atau akhir pekan. Katanya sih, karena tarifnya bisa lebih murah. Entah benar entah tidak, mungkin ada yang bisa bantu mencerahkan?

Anyway, kembali ke cerita awal.
Masih diliputi sedikit perasaan was-was, kutekan tombol ‘Answer’ dan setengah bergumam menyapa, “Halo?” (menyamarkan intonasi biar kesannya cool and calm)

Untung saja saudara-saudari, saat itu bukan kabar buruk yang hendak disampaikan oleh June. Ternyata dia cuma mau menginformasikan, bahwa untuk Pemilu Presiden bulan Juli mendatang, namaku kali ini masuk dalam Daftar Pemilih Tetap. Tidak seperti dalam Pemilu Legislatif bulan April lalu, dimana tak seorang pun anggota keluarga besarku yang tercatat dalam daftar sialan itu. Istilah lebih kerennya, kami semua “digolputkan”!

Wah wah, ini sejarah!
Karena kalau tidak salah ingat, barulah untuk pertama kalinya dalam satu dekade plus plus setelah melewati batas usia minimal untuk dinyatakan sah menjadi pemilih dalam pemilu, namaku tercatat di dalam Daftar Pemilih!

Andai saja aku berada di sana, bisa jadi lembaran kertas Daftar Pemilih Tetap yang memajang namaku akan kusobek dari papan pengumuman di kantor RT (atau RW?) dan kubawa pulang lalu kukoleksi hingga kertasnya menguning (talking about systemic vandalism). Sama seperti lembar kertas pengumuman kelulusan Ujian Masuk Perguruan Tinggi yang memuat namaku dulu, masih tersimpan di salah satu plastic container – entah yang mana – di pojokan kamar.

Karena selama ini, agar saudara-saudari ketahui, pemungutan suara yang pernah kuikuti – bahkan pernah menjadi salah satu panitia pelaksananya, lho! – hanyalah untuk memilih ketua kelas, ketua OSIS, dan ketua angkatan saat kuliah dulu.

Mendebarkan ...
Aku akan menjadi pemilih pemula, meskipun usiaku tak lagi belia, walau sebenarnya masih muda (teteup ...).
Jadi pengen tahu, mungkinkah begini rasanya sensasi merasa punya power buat menentukan masa depan bangsa ini?


No comments: