Showing posts with label Barack Obama. Show all posts
Showing posts with label Barack Obama. Show all posts

Tuesday, March 3, 2009

Nanti, di April


Sebagaimana yang sudah diajarkan oleh orang-orang tuwa sejak jaman dahulu kala, alangkah baiknya untuk jangan menggantung harapan terlalu tinggi karena kalau nantinya tidak jadi terwujud malah akan bikin hati yang empunya harapan hancur berkeping-keping. Dan sakitnya itu lho, wuidiiiih ...

Nah, mungkin orang-orang tuwa yang hidup di jaman dulu itu sudah bolak-balik mengalami kekecewaan, dalam kadar dan kesempatan serta sebab yang berbeda-beda pula, jadinya ya begitu deh, beliau-beliau ini menjadi lebih bijaksana dalam menyikapi hidup, karena memang kondisinya “memaksa” demikian. 

Meskipun tulisan ini tidak akan setajam sebuah artikel sebelumnya di masa silam yang menyindir seorang ‘aktris’ (disebut peraga adegan kayanya lebih pantes) sinetron yang menjabarkan secara spesifik karakter suami ideal yang diharapkannya, tapi setidaknya ada kemiripan tema pembahasan. Yaitu tentang harapan. Hope. Meskipun kalau dibandingkan dengan salah satu tema kampanyenya tim Barrack Hussein Obama tahun lalu, ‘harapan’ yang ini sih cetek banget. Trivialities lah.

Jadi ceritanya tadi saat makan siang bersama teman-teman kantor, salah seorang teman menginformasikan kepada kami semua dengan ekspresi mata berbinar-binar dan mimik muka penuh semangat, kalau Jamiroquai akan tampil di Jakarta bulan April mendatang. Wah, mendengar kabar ini, pastinya aku langsung semangat dong. 

Karena masih teringat betapa kerennya aksi panggung Jay Kay dalam potongan klip live performance mereka yang pernah kulihat di YouTube. Dan yang bikin lebih semangat lagi, si teman ini mengatakan kalau harga tiketnya hanya 500 ribu saja! Kalau “cuma” segitu doing sih, aku tak akan berpikir sampai dua kali untuk membelinya.

Sekembalinya dari makan siang tadi, aku kembali duduk menghadap laptop, dan mulai grusah-grusuh cari info kebenaran berita dari temanku tersebut. Hasil dari browsing kilat ku menunjukkan, ternyata betul adanya dan sudah dikonfirmasikan pula oleh pihak promotor di sini dan manajemen sang artis di Eropa sana, bahwa Jamiroquai akan tour ke Indonesia pada tanggal 8 April setelah tiga hari sebelumnya menggoyang Kuala Lumpur terkait pelaksanaan lomba balap Formula 1 Sepang.

Tapi kemudian ada bel berbunyi di alam bawah sadarku. Tanggal 8 April? Itu kan cuma satu hari sebelum pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif? Memangnya pihak kepolisian akan mengeluarkan izin keramaian di hari se-kritis dan sepenting itu? Jangan-jangan nanti ditunggangi oleh partai politik tertentu. Atau dimanfaatkan oleh provokator untuk bikin rusuh. Nah, ini sisi negatif dari kepribadianku yang mulai berbicara. Sebaiknya, untuk saat ini langkah terbaik adalah mengabaikannya dulu.

Anyway, jadi ceritanya nih saat aku lagi semangat-semangatnya memelototi poster biru bertuliskan kalimat berukuran besar “YES IT’S TRUE” dengan logo Jamiroquai manusia bertopi aneh yang tersohor itu, antusiasme ini langsung padam setelah melihat daftar harga karcisnya dicetak dalam angka-angka relatif kecil di bagian bawah. Buset dah, dua koma lima juta untuk kursi yang persis menghadap panggung ?! Dan harga karcis paling murah untuk kursi yang jaraknya sekian ratus meter dari panggung untuk kondisi normal price adalah tujuh ratus limapuluh ribu ? Harga ini bahkan lebih mahal daripada karcis kelas festival Bjork yang tidak pakai sesi penjualan early bird (dan saat itu harga kelas festival adalah yang paling mahal). Mulailah hati ini terperciki rasa kesal. Huh ! Kenapa sih pertunjukan musik yang seharusnya ditujukan untuk menghibur, seringkali malah bikin emosi karena harga-harga tiketnya seringkali seperti “cari perkara” ??

Actually, I can afford the ticket price, but somehow I just rather opted not to buy. 

Lebih baik uang sejumlah minimal lima ratus ribu dan maksimal dua koma lima juta rupiah itu disimpan dalam rekening buat nambah-nambahin bujet liburan merayakan ulang tahun si Dia sekaligus our anniversary di salah satu destinasi favorit dunia.

Jadinya, harapan yang sebelumnya sempat berantakan jadi kembali utuh, bahkan membuatku lebih bersemangat.

Can hardly wait for April !

Monday, November 17, 2008

Era Baru Komunikasi Politik Indonesia



Bagiku pribadi, yang menarik disimak dari kemenangan telak kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Barack Obama, atas kandidat dari Partai Republik, John McCain, adalah terkait metode kampanye yang dipergunakan oleh President-elect Obama ini.

Bahkan sejak waktu pertama kali beliau terjun untuk menjadi calon kandidat dari Partai Demokrat – yang antara lain harus bersaing menghadapi Senator Hillary Clinton, sepak terjang Obama sangat diperhatikan karena ia sangat memanfaatkan dan mengandalkan kekuatan dunia virtual alias media internet.
Hampir semua situs jejaring sosial terkemuka dimanfaatkan oleh tim sukses beliau untuk berkampanye. Hingga akhirnya beliau memang kemudian menang dalam pemilihan dan terpilih dalam Konvensi Partai Demokrat untuk maju sebagai calon Presiden dari Partai Demokrat.

Penggunaan situs jejaring sosial secara maksimal oleh tim sukses Barack Obama bukan tidak diperhatikan dengan teliti oleh para pesaingnya. Dalam salah satu pidatonya ketika berkampanye, si ‘Bapak Tua yang Ketinggalan Jaman’ alias John McCain, menyindir saingannya dengan menyatakan betapa rajinnya Barack Obama menghabiskan waktu untuk tweeting dan apakah dia pernah bertemu dengan sesama fellow Twitterer, istilah yang dipergunakan oleh para pengguna layanan Twitter ketika meng-update informasi tentang diri mereka.

Sebagai salah satu pengguna setia (alias Twitterer) sejak lebih dari satu tahun belakangan ini, aku sempat merasa geli sendiri pada ketertinggalan zaman si Bapak Tua McCain. Dia membuat dirinya sendiri tampak bodoh di mata para pemilih muda yang sangat akrab dengan teknologi informasi alias internet (mereka yang dapat juga disebut sebagai "Generasi Mac", bukan karena mereka mendukung McCain, tapi karena merupakan generasi yang sangat akrab dengan teknologi dan menjadi konsumen loyal dari produk-produk Apple).

Dan sebagaimana yang akhirnya telah kita semua ketahui bersama, semua upaya dan kerja keras tim sukses Obama membuahkan hasil gemilang dengan kemenangan mutlak Obama atas McCain.

Yang kemudian menjadi fenomena menarik yang patut disimak adalah, metode kampanye Barack Obama ini bukan tidak mungkin akan ditiru oleh para aspirant calon pemimpin di seluruh dunia.
Ini adalah taktik yang juga sudah mulai diadopsi oleh Bapak Rizal Mallaranggeng (yang punya blog dan akun Facebook), dan secara terbuka diakui beliau memang diinspirasikan oleh metode kampanye Mr. Obama.




Mengingat bahwa penetrasi internet (alias melek internet) di negeri ini sedang sangat digalakkan (ingat rangkaian iklan Telkom seri "Internet Masuk Desa" ?), bukan tidak mungkin dengan semakin meningkatnya suhu politik nasional menjelang Pemilu bulan April 2009 (mohon dikoreksi bila aku keliru), mulai awal tahun depan kampanye calon presiden Republik Indonesia juga akan menyerbu dunia virtual yang selama belasan tahun ini relatif steril dari siapapun kandidat pemimpin negeri ini.

Bisa jadi, bukan hanya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saja yang rajin menyapa rakyat negeri kita lewat kiriman SMS massal, tapi juga para kandidat pemimpin lainnya. Belum lagi belakangan ini diberitakan luas bahwa salah satu partai besar sudah menyatakan akan meninggalkan metode kampanye melalui pengumpulan massa. Barangkali mereka masih tidak bisa melupakan salah satu foto yang pernah tampil di Kompas pada tahun 2003, memperlihatkan satu orang pria yang sama yang ikut dalam kampanye tiga partai politik berbeda (sayang, aku tidak bisa mendapatkan foto itu). Kita lihat saja apakah komitmen partai ini benar-benar dilaksanakan atau tidak tahun depan.

Yang jelas, marilah kita tetap bersemangat menyambut datangnya era baru komunikasi politik di Indonesia!


Wednesday, November 5, 2008

Welcoming "Change"


Like the majority of people in the world and most citizens of the U.S.A., I never really thought I could live to see an African-American person becomes The President of The United States of America, not to mention a winning by landslide.

Your hard works has been paid back in rich dividends, Mr. President Barack Obama.

Congratulations!