Monday, June 16, 2008

Once Upon a Time, In The Galaxy Far Far Away


First time I heard that George Lucas has planned to release yet another Star Wars installment this summer, I was like, “Whoa?! Dude, can’t you make something else?”

I mean, ... seriously!

In my opinion, orang ini bahkan lebih parah daripada James Cameron yang sesudah menikmati sukses luar biasa – so-called artistic maupun komersil – lewat film legendaris Titanic, lantas tidak pernah menghasilkan satu produk film apapun that is worth to mention, ever since.

Bayangkan saja, sejak Star Wars pertama kali sukses menyerbu layar bioskop di seluruh dunia – yang kemudian entah karena aku yang terlalu bodoh untuk dapat memahaminya atau Lucas yang terlalu pintar (and too greedy?) untuk menggesernya jadi Episode IV: A New Hope – pada tahun 1977, His Excellency Lucas hanya menghasilkan Star Wars dan segala-macam derivatifnya (if you can’t say spin-offs) plus dapat credit untuk pembuatan Indiana Jones (and for this latter, he also did just the same pattern with Star Wars).

Bolehlah dulu banget aku kagum dengan ”kegilaan”-nya sehingga menghasilkan satu sub-culture baru yang sangat fenomenal, that is Star Wars. Tapi sekarang?!?

Di mataku, George Lucas tampaknya tidak lebih daripada seorang teman kakakku saat sekolah menengah yang diberi nilai 9 oleh guru Seni Rupa karena melukis gambar kucing dengan sangat bagusnya, dan sejak saat itu setiap ada tugas membuat lukisan, teman kakakku ini selalu mengulangi gambar kucingnya dengan pose yang sama. Bedanya cuma pada sentuhan warna atau beberapa detail kecil tidak signifikan yang ditambahkan ataupun dikurangi. Tujuannya jelas: biar bisa terus dapat nilai 9 sebagaimana lukisan kucingnya yang pertama.
Meskipun Mr. Lucas melakukannya dalam tataran yang jauh lebih besar dan luas daripada teman kakakku ini sehingga rasanya tidak pantas untuk dikomparasikan, tapi tetap saja mereka tampak sebelas-duabelas, alias mirip-mirip aja tuh.
Perbedaan mendasar palingan adalah karena George Lucas melakukan ini semua karena ketamakan, bayangkan saja berapa puluh (-ratus ?) juta dolar yang dihasilkannya dari lisensi dan franchise Star Wars ini?

Mungkinkah sebenarnya Mr. Lucas ini semacam Evil Genius in the Closet – atau Discreet Evil Genius – karena dengan kepiawaiannya mengolah konflik Star Wars, dia bisa meraup kekayaan sedemikian banyak yang kemudian bisa untuk membangun ranch superluas, perusahaan super besar, dan entah apa lagi.

Awalnya, kupikir hanya diriku saja yang menganggap trilogy Star Wars yang kemudian dijadikan prequel ini bagaikan steak dari daging kualitas jelek dan dimasak dengan cara yang salah lantas ditutupi dengan begitu banyak saos barbeque untuk menyarukan kehancuran rasa aslinya, sehingga lantas menonton film ini bagaikan penyia-nyiaan waktu dan sumberdaya lainnya, until I found this online article maupun dari responses terhadap article ini.
Whoa! That means I am totally not alone in sharing this idea. Ha! Ha! Ha!

Masih belum bisa dilupakan perasaan dongkol dan kesal seusai menonton Star Wars Episode III : Revenge of the Sith sekitar tiga tahun yang lalu. Bayangkan saja, legendary saga selama 3 dekade itu ternyata bermula dari sebuah mimpi atau penglihatan seorang Anakin Skywalker yang sesungguhnya tidak bisa diandalkan !!

Setelah merasa mual melihat adegan mesra-mesraan a la Bollywood di Episode II antara Anakin dan Amidala yang berlari-larian di padang rumput Tatooine dan berguling-gulingan mesra, rasanya sudah seharusnya penonton pintar mempersiapkan diri menyaksikan salah satu kisah cinta paling jelek yang pernah ditampilkan di film-film terbesar Hollywood !

Ada yang perhatikan bahwa ‘penglihatan’ Anakin Skywalker tentang Padme Amidala yang kesakitan pada saat melahirkan itu sebenarnya tidak pernah lengkap ?

Gosh! I mean, if I were him, yang akan kulakukan pertama kali setelah meyakini bahwa penglihatan tersebut bukan hanya sekedar bunga tidur adalah memasukkan Amidala ke dalam semacam perawatan intensif di klinik eksklusif.
Masa sih di galaxy far far away yang sudah mampu membuat robot dan pesawat luar angkasa secanggih itu, angka kematian ibu melahirkan tidak bisa dicegah dan ditekan menjadi nihil ??
Masa mereka tidak mengenal teknologi “jaman dulu” bernama bedah Caesar, yang must be performed jika ternyata proses persalinan normal dianggap akan membahayakan nyawa ibu dan atau bayi yang akan dilahirkannya ?
Jadi, jika saja Anakin berpikir lebih jernih dan bijaksana, maka sebenarnya ia bisa menyelamatkan nyawa istrinya, pujaannya, his center of universe, melalui teknologi bedah tercanggih yang jauh lebih oke dan menjanjikan daripada bedah Caesar yang pastinya telah dikuasai oleh para tenaga medis (robot maupun manusia) di sistem perbintangan yang telah mengenal teknologi yang jauh lebih modern daripada yang dikenal para penghuni galaksi Bimasakti, tanpa perlu terpengaruh bujukan syaitan Chauncellor Palpatine untuk masuk ke dalam pengaruh ‘dark side’ untuk menjadi Darth Vader, tanpa perlu mengakibatkan pemusnahan seluruh Orde Jedi, tanpa perlu memicu tragedi yang mengakibatkan penderitaan puluhan tahun in the galaxy far, far away …

Gosh ! Weren't we all being fooled for all this time by George Lucas ??

As for me now, Cher masih jauh lebih inovatif daripada George Lucas.
Setidaknya, selama kurang lebih empat decade berkarya di bidang entertainment, Cher mencetak paling sedikit satu album no.1 dan single no.1 di chart Billboard setiap 10 tahun, complete with her four different and distinctive looks. Not to mention kemampuan aktingnya yang berbuah Grammy, Oscar, Emmy (you see, politics are not so different than acting).
Perhaps, they should make Cher queen of this so-called galaxy far far away. Toh, selera fashion-nya sudah memadai untuk pergaulan standar intergalactic relations. Seperti yang terlihat di bawah ini.


See?! Cher already has all that!!

Nilai plus lainnya, telah terbukti bahwa Cher bisa mempertahankan eksistensinya (and in some specific moments, even domination!) di arena hiburan pop yang jauh lebih rentan terhadap perubahan mengikuti trend dibandingkan dunia politik.
Bayangkan saja sendiri, eksistensi dan "ketenaran" Cher selayaknya diperbandingkan dengan para 'aktor' dunia politik yang notabene dilabeli dikator, semacam Fidel Castro dan Moammar Khaddafi!

So what else do we have to say, other than ...

"Long live the Queen! Hail Cher!"

No comments: