Wednesday, June 25, 2008

A Little Extra Attention is Very O.K. !

Menjelang ulang-tahunku yang ke … - hmm, sebaiknya tidak perlu disebutkan di sini biar tetap (berkesan sok) misterius – di awal tahun ini, beberapa orang menyempatkan diri untuk bertanya apa yang kuinginkan sebagai hadiah.

Secara bercanda kukatakan bahwa sayang sekali aku bukanlah anggota keluarga kerajaan Inggris Raya, karena kalau iya, aku tentu akan memberikan mereka daftar hadiah-hadiah yang diinginkan untuk merayakan ulang-tahunku, sort of my wishlist.
Waktu didesak lebih lanjut, kukatakan pada mereka bahwa aku menerima hadiah apa saja. Seikhlas orang yang mau memberi.

Kecuali pada R. Waktu dia menelpon untuk bertanya hadiah ulang tahun macam apa yang kuinginkan kali ini, secara jujur terbuka dan apa adanya kuceritakan padanya bahwa waktu lagi mengantarkan teman-teman perempuan berburu baju-baju murah meriah di ITC beberapa waktu lalu, aku sempat melihat boneka beruang lucu. Bentuknya sangat sederhana dan dibuat dari bahan kain berwarna coklat susu, dengan motif daun dan bunga yang seakan memberikan aksen pada kulitnya. Tangan dan kakinya bisa digerakkan 360° karena dihubungkan ke tubuh boneka dengan semacam engsel yang dibuat dari benda yang mirip potongan batok kelapa berukuran sebesar koin 100 rupiah lama. Untuk boneka beruang berukuran sedang, harganya hanya 80 ribu perak dan itupun kemungkinan besar masih bisa ditawar.
Waktu itu meskipun kepengen banget, tapi aku malu membelinya untuk diri sendiri. Sebab perempuan-perempuan itu pastinya akan bertanya-tanya untuk siapa boneka beruang lucu itu kubelikan. Karena mereka tahu saat itu aku sedang tidak berhubungan asmara dengan siapapun yang rasanya pantas diberi hadiah selucu dan menggemaskan itu.
Jadilah hanya kepada R aku mengadu. Loh, kok kedengarannya jadi seperti lirik lagu cengeng ya? Anyway, dia berjanji akan mencoba melakukan apapun yang dia bisa. Maklumlah, dia kan tidak tinggal di negara ini.

Haha! Aku pasti terdengar sangat konyol ya, menceritakan hal sesepele itu kepada orang lain.
Sebenarnya aku pengennya ada orang yang begitu baiknya kepadaku lalu memberikan hadiah laptop canggih dan keren, serta harus enteng sehingga bisa gampang masuk tas dan dibawa kemana-mana. Seperti yang diterima Sarah Sechan sebagai hadiah ulang-tahun. Tapi itu tentu tidak bisa dicontoh apalagi diharapkan. Soalnya yang memberikan hadiah itu kepadanya adalah ... suaminya sendiri! Hehehe ...

Lalu seorang kolega bertanya, hadiah macam apa yang kumau untuk ulang-tahunku kali ini. Mungkin dia masih merasa tidak enak karena beberapa waktu sebelumnya aku memberikan hadiah buku ensiklopedi untuk anaknya yang masih kecil. Harganya sih memang beberapa ratus ribu. Waktu itu kupikir harga hadiah dariku barangkali tidak akan semahal hadiah dari orang-orang lain. Sampai waktu acara ulang tahun si bocah, ternyata ... well. Ya gitu deh.
Bukannya mau sombong sih di sini, dan memang tidak pada tempatnya juga mengungkit-ungkit harga hadiah yang kita berikan untuk orang lain. Itu tidak pada tempatnya, dan artinya ga ikhlas juga memberi. Setidaknya itulah pendapatku pribadi.
Kembali ke cerita, akhirnya si ibu ini bercerita, sehari sebelumnya saat dia sedang berada di aksara Kemang, dia teringat untuk membelikan hadiah buku untukku. Biar lebih gampang aja, katanya. Namun kemudian saat keluar toko, ternyata dia batal membeli apapun.
Karena saat melihat deretan rak penuh berisi buku, dia malah jadi bingung sendiri dan takut malah membelikan buku yang aku tidak suka atau malah sudah punya atau sudah baca.
Lalu kukatakan padanya, harusnya lihat dari account goodreads-ku saja. Di situ aku membuat satu shelf – istilah mereka untuk pengklasifikasian buku sesuka hati menurut selera si pemilik akun – khusus berjudul ”wishlist”.




Tinggal buka section itu dan, voila! Terbukalah di hadapannya alternatif hadiah yang kuinginkan. tinggal pilih apa judulnya. Karena memang semuanya buku.
Tapi tentu saja buat kolegaku ini, usulanku itu sama sekali tidak praktis.
Lantas yang dilakukannya adalah menggratiskan celana panjang khaki yang tempo hari dia jahitkan untukku. Lumayan banget, secara waktu itu dia bilang harganya, termasuk bahan, kurang-lebih 175 ribu. Padahal itu celana sudah jadi dan kupakai sejak sekitar 3 bulan sebelumnya. Aku sih hepi-hepi saja diberi celana panjang gratis dan bagus pula. Ha! Ha! Orang yang ga mau rugi banget ya.

Tapi sebenarnya untuk yang beginian aku paling sering merasa parno sendiri. Seringkali merasa ga enakan. Dan takut kalau sampai dicap matre gara-gara pengennya dapat hadiah-hadiah mahal.
Padahal, kenyataannya aku paling jarang menilai hadiah dari price tag nya. Hampir selalu memberikan perhatian lebih besar pada keunikan dan manfaat hadiah tersebut. Serta niat yang memberi. Semakin tulus dan tanpa dikaitkan dengan maksud-maksud terselubung, semakin baik. Karena siapa sih orang yang tidak senang mendapatkan perhatian dari orang lain?
Seperti hadiah tote bag bergambar spaniard dari Indra yang dibelinya di Bangkok. Dia cuma bilang harganya murah tanpa menjadi lebih spesifik. Dan kuingat waktu itu dia agak malu dan sedikit ragu pas memberikannya. Barangkali dia pikir aku akan kecewa diberi oleh-oleh seperti itu. Tapi dia salah besar, karena aku suka. Simpel dan unik. Just like me. *wink!*

No comments: