Wednesday, February 27, 2008

“Anjrit!”

Setelah lebih dari satu bulan sebuah iklan deterjen yang mengklaim produknya memiliki aroma harum mewangi yang "kagak nahaan…" dipancarteruskan oleh berbagai stasiun televisi nasional, barulah kuperhatikan bahwa content iklan-nya sendiri sebenarnya lumayan lucu.
Iklan tersebut memperlihatkan bagaimana kusutnya penampilan seorang remaja cowok yang masih bermuka bantal seperti orang baru bangun tidur, yang ditinggal ibunya pergi berbelanja ke pasar. Namun sebelum berangkat, si ibu masih sempat-sempatnya berpesan agar anak remajanya tersebut tidak lupa untuk membantu ibu mencuci baju seember penuh (!). Beda banget dengan lagu anak-anak itu, “... habis mandi kutolong ibu, membersihkan tempat tidurku”, yang dari keceriaan iramanya secara implisit mengisyaratkan kesukarelaan membantu orang-tua. Ha!

Balik ke iklan tadi, tentu saja sebagaimana lazimnya remaja, well at least bagi seorang remaja yang tumbuh-besar lumayan dimanja seperti aku, pekerjaan fisik apapun yang diminta oleh orangtuanya – atau siapapun – untuk dilaksanakan, tentunya dikerjakan dengan malas-malasan dan setengah hati (itu pun kalau memang beneran dikerjakan, hehe!)

Awalnya sih seperti yang bisa ditebak, si remaja cowok ini bersungut-sungut ketika baru mulai mencuci. Ternyata eh ternyata, setelah dia membaui aroma wanginya deterjen tersebut, mendadak sikapnya berubah.
Dia jadi bersemangat mencuci, malahan tampak sangat menikmati aktivitas (yang buatku membosankan) tersebut, yang diperlihatkan dengan adegan freestyle dance mengikuti irama backsound musk genjreng-genjreng rock.
Sebenarnya, aku juga senang bermain air dan berendam lama di bathtub berisi air hangat. Apalagi kalau ada aromatherapy-nya, relaxing and soothing. Dan tentunya, lebih senang lagi kalau sambil berendam ditemani oleh seseorang yang kusukai (no, am not looking at you, O.).
Tapi bermain-main dengan busa deterjen? Ehm, tidak, terimakasih. Apa asyiknya merusak kehalusan kulit sendiri dengan bahan kimiawi seperti itu? Meski aku juga tidak terlalu menjaga kelembutan dan kelembapan kulit sih.

Anyway, back to our topic about this particular ad, versi berbeda dari iklan yang sama keluar menjelang Lebaran. Iklan yang penayangannya selalu direndengkan dengan satu brand mi instan yang sudah ngetop sejak jaman dilakukannya embargo minyak bumi oleh OPEC, dan kabarnya menjadi makanan pokok favorit penduduk Nigeria (artikel dapat ditemukan di sini, di sana, dan di situ juga lho!).
Kali ini diperlihatkan bagaimana si ABG yang sama tampak asyik melonjak-lonjak sembari mencuci baju, sampai tiba-tiba ketika mengangkat salah satu baju yang dicucinya, dia dikejutkan oleh bau keti(-ak)nya sendiri yang sepertinya mengendap di kaos yang sedang dikenakannya.

"Anjrit!" cetusnya, dengan ekspresi mengernyit yang sangat meyakinkan bahwa bau badan sendiri yang diendusnya saat itu barangkali sama sengitnya dengan napas naga (atau barangkali seperti makian Elliot ke saudaranya, “penis breath!”, ha! ha!).
Lantas ia membuka kaos rumah yang sedang dikenakannya saat itu dan menjebloskannya ke dalam ember penuh berisi busa deterjen dan kembali mencuci dengan gaya asyik.
Iklan yang lucu, dan dengan caranya yang unik mengingatkanku pada satu peristiwa ketika aku masih kecil.


* dengan nuansa flashback ke dekade 1980-an *

Di salah satu liburan kenaikan kelas sekolah dasar di akhir bulan Juni yang panas di sebuah kota kecil yang mirip daerah suburban Amerika yang terletak tidak jauh dari garis khatulistiwa, seperti biasanya orangtua kami membiarkan aku dan adikku mencari kesibukannya sendiri.
Sepanjang ingatanku, kedua orangtua kami terlalu sibuk untuk mengajak anak-anaknya berlibur keluar kota. Tak mengapa, karena pada saat itu banyak juga teman kami tidak pergi berwisata dengan alasan yang sama, orangtua yang selalu sibuk, entah itu karena bekerja atau karena urusan lainnya.

Jadi kami anak-anak satu kompleks seringkali mengisi liburan dengan bermain sepanjang hari. Mulai dari sepakbola hingga bola kasti, bermain combattant dengan tentara-tentaraan plastik – kalau yang ini biasanya dengan tema favoritku: pembajakan pesawat terbang milik maskapai Garuda Indonesia yang diinspirasikan oleh kasus Woyla - hingga bermain perang-perangan dengan senjata ketapel di pinggiran hutan dekat rumah yang katanya masih dihuni oleh monyet-monyet, gajah-gajah dan harimau (dan jika orangtua kami tahu kami bermain sedekat itu dengan sumber bahaya, pasti kami semua akan dikurung di dalam kamar masing-masing, yang dalam film-film keluarga Amerika disebut ”grounded”).

Hampir setiap hari kami sibuk bermain-main di luar rumah sejak pagi hingga sore sehingga perlahan-lahan kami bermetamorfosis menjadi segerombolan anak-anak keling berbau matahari (‘keling’ not as racially operative word). Begitu pulang ke rumah setiap orang dari kelompok bermain kami biasanya selalu dihadang salah satu anggota keluarganya untuk kemudian menyuruh kami mandi sebelum diizinkan untuk makan malam. Hingga di satu pagi ketika kami semua berkumpul di rumah Ferdy dengan niat semula untuk merancang permainan hari itu, Steve muncul dengan penampakan yang tidak berbeda sejak kami berpisah sore sebelumnya.

Setelah diselidiki, ternyata memang benar. Steve belum mandi sejak kemarin pagi. Ayahnya sedang on-call duty ke distrik lain sedangkan ibunya sedang sibuk mengurus lokakarya pemberdayaan kaum perempuan lokal. Meskipun diserahi tanggungjawab untuk mengawasi dan mengurus Steve, abangnya yang baru naik ke kelas 12 pasti lebih sibuk melakukan bermacam aktivitas lain dengan pacarnya, musim panas terakhir mereka sebelum dipulangkan kembali ke Amerika untuk kuliah.
Yups, Steve memang anak bule ekspatriat. Dan kemunculannya pagi itu dengan muka yang tampak tidak dicuci hanya menguatkan kecurigaan samar-samar kami bahwa para bule memang punya kebiasaan jorok untuk merasa tidak perlu mandi jika tubuhnya masih dirasa bersih. *euw!*

Hari itu akhirnya kami memutuskan untuk tidak bermain di luar rumah seperti biasa karena memilih untuk berkumpul di kamar Ferdy, saling berebut menguasai konsol game Atari yang baru dibelikan orangtuanya kemarin.
Saat Ferdy sebagai host sedang berkompetisi dengan Tommy, beberapa anak lainnya yang sedang menanti giliran bergulat untuk mengisi waktu. Nico yang dapat kesempatan mengadu fisik melawan Steve tampak mengernyit ketika sukses memiting Steve.
Busyet! Kau tak mandi yah? tuduh Nico sambil melepaskan pitingannya. Dengan ekspresi malu Steve mengakui bahwa sejak pagi sebelumnya ia tidak mandi dan tidak menyikat gigi. Bahkan pagi itu setelah bangun tidur, tanpa mencuci muka dan menyikat gigi ia langsung sarapan dan kemudian berangkat ke rumah Ferdy, tanpa sepengetahuan housekeeper-nya.

Kami mulai mencemoohnya sebagai bule jorok ketika Ferdy yang menghentikan permainannya sementara lalu melontarkan ide taruhan, bahwa ia akan meminjamkan Steve konsol Atari-nya untuk dibawa pulang seharian penuh jika Steve sukses mengelabui orang-orang di rumahnya untuk tidak mandi dan tidak sikat gigi sampai besok.
Awalnya Steve tampak enggan karena setelah keringatan sehabis bergelut dengan Nico dia mulai merasa sedikit gatal dan mulai menggaruk dakinya, namun setelah kami semua turun tangan menghasut membujuk Steve, dengan keyakinan kuat dalam hati bahwa dia tidak akan berhasil karena kami akan diam-diam memberitahukan housekeeper-nya yang galak, maka Steve pun menyepakati taruhan itu.
Jadilah sore itu sebelum berpisah kami mengingatkan Steve kembali soal taruhan itu. Tampak jelas ia sudah terpengaruh bujukan kami semua.

Keesokan paginya, jam dinding masih memperlihatkan pukul 8 lewat beberapa menit, namun kami semua sudah berkumpul di kamar Ferdy. Beberapa saat kemudian, housekeeper Ferdy muncul mengantarkan Steve kepada kami dengan muka sedikit mengernyit, mungkin dia bisa mencium bau yang menguar dari tubuh Steve secara jelas.
Melihat kami semua tersenyum-senyum, dia memelototkan matanya kepada Ferdy. Steve sendiri tampak sangat ceria meskipun rambut dan wajahnya terlihat masih acak-acakan dan bermuka bantal, guratan bekas motif sarung bantal masih terlihat samar di salah satu sisi wajahnya.
Kami semua tertawa terbahak-bahak melihat wajah Steve, lalu dengan enggan dan berwajah cemberut Ferdy menyerahkan konsol Atari-nya.
”Ugh! Kau bau!”, teriak Ferdy sembari menutup hidung dan bergegas menjauh. Setelah serah-terima Atari dari tangan Ferdy, Steve bergegas pulang sambil mengayuh BMX-nya.

Akhirnya pagi itu kami memutuskan untuk bermain bajak laut melawan misi dagang Spanyol. Permainan berlangsung seru ketika menjelang tengah hari Steve muncul kembali, kali ini didampingi oleh ibunya. Dibandingkan kemunculannya pagi tadi yang terlihat bagaikan contoh kasus anak hilang yang baru saja ditemukan oleh orang yang melihat fotonya dicetak di sisi kotak susu, kali ini Steve tampak nyaris berkilat seperti habis disemir. Rambutnya tertata rapi seperti fotonya di buku tahunan, dan bajunya kelihatan jelas habis disetrika.

Ternyata ketika Steve tiba di rumah, ibunya sudah menantikan dirinya di ruang tengah. Tampaknya housekeeper-nya yang galak itu melapor kepada majikannya bahwa sudah dua hari tidak ada baju kotor bekas pakai Steve dalam keranjang cucian kotor. Mencurigai bahwa anak majikannya tersebut melakukan kenakalan dengan menumpuk baju kotor bekas pakai di sudut kamar, mengadulah ia pada sang nyonya.
Selanjutnya merupakan misteri, karena Steve menolak bercerita. Taruhan itulah yang menjadi alasan mengapa Mrs. Ellis ada di rumah Ferdy siang itu bersama-sama dengan Steve. Untuk mengembalikan Atari milik Ferdy dan membicarakan masalah itu dengan ibu Ferdy.
Kami sempat menguping sebentar sebelum Ferdy dipanggil oleh ibunya, lalu housekeeper keluarga Ferdy muncul di ruangan bermain dengan tugas mengirim kami semua pulang ke rumah masing-masing. Kami masih duduk-duduk di tepi trotoar, bergerombol sekitar tiga rumah dari rumah Ferdy ketika melihat Steve bersama ibunya keluar dari rumah tersebut dan menuju Convertible mereka. Steve berjalan dengan kepala menunduk dan wajah ibunya tampak kaku.

Barulah di hari Jumat sore di final kompetisi baseball Little League kami bisa bertemu lagi dengan Ferdy dan Steve yang saat itu sedang duduk bersebelahan di bangku cadangan. Tampaknya keduanya sama-sama dihukum grounded selama dua hari, namun saat kami melihat mereka sore itu, keduanya sudah tampak asyik bercanda-gurau seolah-olah tidak pernah ada satu masalah pun di antara mereka. Sepertinya kedua sahabat itu sudah sama-sama melupakan bau Steve yang tidak mandi dan tidak sikat gigi selama 48 jam, dan tampaknya tidak peduli ketika salah satu dari kami menanyakan hal tersebut.

Lucu juga rasanya ketika saat ini mengenang kembali masa kanak-kanak yang kocak itu.
Dan ingatan itu kembali hanya karena mendengar cetusan si cowok remaja berketi bau di iklan deterjen.

"Anjrit!"



<>

No comments: