
Seorang teman kantor belum lama ini membeli MacBook Pro baru untuk mendukung pekerjaannya yang makin bejibun. Jika sebelumnya dia sering lembur dan pulang larut malam karena harus menyelesaikan tumpukan pekerjaannya, belakangan ini dia jadi bisa pulang lebih cepat hampir setiap hari. Meskipun tetap saja, setibanya di rumah, dia akan kembali membuka MacBook tersebut dan melanjutkan pekerjaannya, dari rumah.
Suatu hari teman kantor ini muncul di kantor dan memperlihatkan sebuah video kocak. Kedua anaknya, perempuan berusia sekitar tujuh tahun dan adik lelakinya yang berusia empat tahun, ternyata menjadikan MacBook ibunya ini mainan baru mereka. Berhubung di MacBook sudah tertanam integrated webcam, maka kedua anak tersebut kemudian memanfaatkannya, yang menurut penuturan teman kantorku ini, dia sendiri tidak mengetahui kalau anak-anaknya bisa menggunakan MacBook tersebut.
Di dalam tayangan video amatir tersebut, kedua anak itu berakting seperti layaknya presenter program anak-anak yang sering mereka saksikan di televisi, tentunya dengan gaya natural mereka sendiri yang lucu dan mengocok perut dengan tawa.
Sang kakak menceritakan ulang sebuah dongeng yang berulang-kali ditimpali oleh adiknya dengan komentar-komentar polos, dan di akhir cerita, sang kakak menutupnya dengan sebuah adlib pesan sponsor layaknya presenter professional. Kurang-lebih seperti ini, “Cerita tadi dipersembahkan oleh ... (menyebutkan nama bank).” Kontan kami terbahak-bahak dibuatnya. Lucu sekali.
Tapi ternyata kelucuan tersebut masih berlanjut. Beberapa minggu kemudian, teman kantorku itu bercerita kalau anak perempuannya jadi ingin punya MacBook-nya sendiri, supaya dia bisa ikut menjelajahi dunia maya (browsing) untuk membantu menyelesaikan pekerjaan sekolahnya, dan karena dia ingin merekam video-video lainnya bersama sang adik.
Yang membuat kami semua tertawa adalah, kepolosan si anak perempuan ketika meminta MacBook baru itu kepada Ibunya. Kurang-lebih katanya, ”Bunda, kakak juga mau laptop seperti punya Bunda, biar gak perlu gantian sama Bunda kalau kakak mau pakai. Tapi kakak maunya laptop yang apelnya belum digigit.”
Ternyata, meskipun terpesona dengan kecanggihan laptop temanku ini, dia memendam rasa tidak suka pada logo Apple. Ha! Ha!
Suatu hari teman kantor ini muncul di kantor dan memperlihatkan sebuah video kocak. Kedua anaknya, perempuan berusia sekitar tujuh tahun dan adik lelakinya yang berusia empat tahun, ternyata menjadikan MacBook ibunya ini mainan baru mereka. Berhubung di MacBook sudah tertanam integrated webcam, maka kedua anak tersebut kemudian memanfaatkannya, yang menurut penuturan teman kantorku ini, dia sendiri tidak mengetahui kalau anak-anaknya bisa menggunakan MacBook tersebut.
Di dalam tayangan video amatir tersebut, kedua anak itu berakting seperti layaknya presenter program anak-anak yang sering mereka saksikan di televisi, tentunya dengan gaya natural mereka sendiri yang lucu dan mengocok perut dengan tawa.
Sang kakak menceritakan ulang sebuah dongeng yang berulang-kali ditimpali oleh adiknya dengan komentar-komentar polos, dan di akhir cerita, sang kakak menutupnya dengan sebuah adlib pesan sponsor layaknya presenter professional. Kurang-lebih seperti ini, “Cerita tadi dipersembahkan oleh ... (menyebutkan nama bank).” Kontan kami terbahak-bahak dibuatnya. Lucu sekali.
Tapi ternyata kelucuan tersebut masih berlanjut. Beberapa minggu kemudian, teman kantorku itu bercerita kalau anak perempuannya jadi ingin punya MacBook-nya sendiri, supaya dia bisa ikut menjelajahi dunia maya (browsing) untuk membantu menyelesaikan pekerjaan sekolahnya, dan karena dia ingin merekam video-video lainnya bersama sang adik.
Yang membuat kami semua tertawa adalah, kepolosan si anak perempuan ketika meminta MacBook baru itu kepada Ibunya. Kurang-lebih katanya, ”Bunda, kakak juga mau laptop seperti punya Bunda, biar gak perlu gantian sama Bunda kalau kakak mau pakai. Tapi kakak maunya laptop yang apelnya belum digigit.”
Ternyata, meskipun terpesona dengan kecanggihan laptop temanku ini, dia memendam rasa tidak suka pada logo Apple. Ha! Ha!
No comments:
Post a Comment