Wednesday, June 3, 2009

[Unconfirmed] Rumor Has It ...



Kembalinya Manohara Odelia Pinot bersama ibundanya, Daisy F., ke Indonesia berkat bantuan dari staff Kedubes AS di Singapura, Kepolisian Singapura dan staff Kedubes RI di Singapura, menurut kabar-kabur yang belum bisa dikonfirmasikan kebenarannya, membuahkan kegusaran bagi beberapa figur publik, selebriti dan tokoh nasional Tanah Air.

Seorang tokoh teater dan film nasional, aktivis hak-hak wanita dan pemerhati politik yang sempat mencalonkan diri sebagai calon presiden independen, merasa sangat kecewa karena belum satu minggu berlalu sejak dia di depan puluhan wartawan infotainment menyatakan dengan tegas menarik diri dan dukungannya dari advokasi terhadap kasus Manohara O. Pinot, dan secara terbuka menuduh Daisy F. mendramatisir kasus ini serta memberikan keterangan palsu yang manipulatif demi keuntungan pribadi dan menuai simpati.

Setelah menyaksikan wawancara Manohara di salah satu acara infotainment di sebuah stasiun televisi swasta, seorang mantan pemain sinetron kondang (catet, bukan aktris!) yang lebih tersohor dengan koleksi kostumnya yang selalu matching dan fantastis dalam setiap kesempatan tampil di hadapan publik (misalnya dengan berjalan-jalan di sebuah mall elit di kawasan Pondok Indah sambil mengenakan winter coat berbulu-bulu, misalnya), merasa tersinggung dengan pengakuan Manohara yang menyebutkan dia terpaksa meninggalkan lima dari enam buah Birkin miliknya di Kelantan. Selebriti yang kabarnya sebentar lagi akan berkantor di Senayan setelah memenangi pemilu legislatif lalu ini merasa sangat tertampar dengan “keputusan berat” yang terpaksa ditempuh Manohara dengan meninggalkan semua koleksi barang-barang branded miliknya tersebut di tangan keluarga sang suami. Hal ini terkait dengan sebuah “insiden” memalukan yang melibatkan sang selebriti yang terjadi beberapa tahun silam, sekali lagi menurut kabar burung yang susah dikonfirmasikan kebenarannya, ketika dirinya nyaris dicegah masuk ke Prancis oleh pihak Imigrasi setempat karena koper-koper yang dipergunakannya ternyata adalah Louis Vuitton palsu.

Tour de la televisions yang dilakukan oleh Manohara O. Pinot dan ibundanya ke semua stasiun televisi nasional selama dua hari pertama kepulangannya ke tanah air, dikabarkan juga membuat gusar seorang pemain sinetron muda yang baru beberapa tahun terjun ke dunia entertain tanah air (yes, “entertain” is written intentionally) tapi namanya sudah menjadi common household name. Kabar kaburnya, si model dan pemain sinetron yang sempat tersohor akibat “hujyan”, “bechekk” dan “ojhyekk” ini tersinggung karena ketidakmampuan dan ketidakfasihan Manohara dalam bertutur bahasa Indonesia dalam semua wawancara tersebut membuat orang-orang lupa bahwa trademark ketidakbisaan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar menurut standar Bapak J.S. Badudu adalah miliknya dan pertama kali dipopulerkan olehnya. Andai saja si bintang sinetron muda ini tahu teknik berbicaranya akan diterapkan oleh seorang perempuan muda lainnya untuk menciptakan opini publik yang positif sekaligus untuk menerbitkan simpati (Manohara cried on telly, live!, while she never did), pastinya sudah sejak dulu ia dan sang manager (MM, alias Manager Mama) sudah mendaftarkan ‘talenta khusus berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia’ ciptaannya ke Direktorat HAKI.

Wanita terakhir yang patut diduga merasa resah dengan kembalinya Manohara O. Pinot ke Indonesia adalah seorang tokoh nasional yang sedang berjuang untuk merebut kembali tampuk kepemimpinan negara ini dan menduduki kembali kursi empuk RI 1. Munculnya wajah bundar bersinar Manohara di semua headline media cetak maupun elektronik seakan menjadi gerhana yang menutupi sosok Ibu satu ini, sekaligus mengalihkan perhatian rakyat dari jargon anti-neoliberal dan pro-ekonomi kerakyatan yang diusungnya bersama teman barunya. Untungnya, berdasarkan pengalamannya sendiri, si Ibu tahu persis kehebohan (“ga penting”) semacam ini tidak akan bertahan lama. Nothing lasts forever, or for quite long. Sama seperti ‘gerhana’ Manohara.





Disclaimer:
Tulisan ini dibuat sekedar untuk tujuan iseng belaka dan mohon dianggap sebagai guyonan.
Semoga tidak ada pihak-pihak yang mengajukan tuntutan pencemaran nama baik dan menjerat penulis dengan
UU Informasi dan Transaksi Elektronik, sebagaimana yang dialami oleh Ibu Prita Mulyasari.



No comments: