Wednesday, June 24, 2009

Those Sexy Boots Weren’t Made for Running

"Catch us if you can, Megatron!"


I felt much disappointment watching Transformers: Revenge of The Fallen, which was released in many parts of the world today. High anticipation and enthusiasm were built in the couple of weeks prior to the release, and in the mere first hour of watching they were all shattered into pieces.

Bayangkan saja, selama hampir 70 menit pertama, masih belum jelas apa tujuan cerita film ini. Kesan yang paling terasa adalah : dipanjang-panjangkan. (Meskipun tidak sampai separah pengalaman menonton Pirates of Carribbean: At World’s End yang begitu membosankan sampai terasa seperti film berdurasi seumur hidup)


Masih kuingat dua tahun lalu, saat end credit Transformers muncul bergerak naik, aku bertepuk tangan kencang karena puas melihat suguhan action mendebarkan dan cerita yang kocak namun tetap menegangkan – sampai deg-degan jantung ini ketika menyaksikan perang di dalam kota dan Sam Witwicky harus berlari-larian dan bergelantungan di puncak gedung demi menyelamatkan diri.

Sebenarnya buruknya kualitas penceritaan sekuel ini sudah mulai terasa sejak ... percaya atau tidak ... dimunculkannya karakter dua ekor anjing keluarga Witwicky di limabelas menit pertama.
Pertama kali kulihat keduanya, alam bawah sadarku seakan mengingatkan, ”Oh gosh! Please don’t show me another joke about two different breed of dogs performing sexual intercourse! I am so fed up with that kind of brainless jokes.” Dan kekhawatiranku ternyata terbukti. Di moment munculnya adegan persenggamaan (yang TIDAK lucu) itulah aku langsung menjatuhkan vonis: film ini pasti jelek!

Betul-betul menyedihkan. Semakin lama cerita Revenge of The Fallen ini semakin jelek, sampai-sampai membuatku menguap bosan. Kemana perginya ketegangan aksi dan struktur penceritaan yang lebih cerdas, seperti yang dipamerkan di prekuelnya??

Ada tiga hal tolol yang membuatku kesal setengah mati dengan sekuel ini.

Pertama, adalah kemampuan ujung lidah Alice tetap berbentuk seperti lidah manusia saat tubuhnya menclok di kap mobil. Bisa jadi kapabilitas tersebut menjadi fantasi sensual bagi sementara pihak, sebagaimana mereka juga pertama kali dibuat terpesona oleh robot sexy di Terminator 3: Rise of The Machines. Namun bagiku sendiri, Alice di atas mobil itu tidak lucu sama sekali, tidak terlihat spektakular secara visual, malah menjijikkan dan membuat mual. Tapi ini masalah selera pribadi, jadi sah untuk diperdebatkan.

Kedua, adalah hal yang sama sekali berbeda. Andai saja aku bagian dari pemerintah berkuasa di Mesir, film ini akan kuusulkan untuk dilarang beredar di negeriku. Begini alasannya.
Coba dibayangkan, saat pasukan Amerika Serikat terbang secara ilegal memasuki wilayah kedaulatan negaraku, membawa serta bersama mereka masalah besar dengan membuka front peperangan melawan pihak ketiga di negaraku dan mengakibatkan jatuhnya korban harta benda dan jiwa penduduk yang notabene adalah warga negara di negeriku, dan lebih parah lagi, peperangan ini menghancurkan warisan sejarah budaya leluhurku yang telah berusia ribuan tahun dan menjadi salah satu Warisan Dunia versi UNESCO, yang dilakukan oleh pasukan gabungan Amerika Serikat dan Inggris tersebut adalah meminta bantuan dari Angakatan Udara Yordania!! Apakah karena mereka menganggap enteng kekuatan Angkatan Bersenjata dan kedaulatan negaraku, Mesir?? Ini adalah bentuk penghinaan yang tak termaafkan!! Tarik Duta Besar kita dan putuskan saja hubungan diplomatik dengan Washington!!


Ketiga, sejak ketibaan Mikaela Banes di kampus Princeton untuk menemui kekasihnya, Sam Witwicky, dan adegan salah paham yang disusul kejar-kejaran dengan robot Alice, seingatku tidak ada sekalipun peluang bagi mereka berdua plus Leo Spitz untuk berganti pakaian. Akan tetapi di tengah-tengah kesibukan mereka menyelamatkan diri dengan bantuan Bumblebee di wilayah Amerika dan kemudian oleh Jetfire di Mesir, entah bagaimana caranya, Mikaela bisa mendapatkan kesempatan untuk mengganti sepatu boot-nya agar ketika berlari-lari di gurun pasir Mesir di bawah teriknya sinar matahari, kakinya tidak akan cedera. Probably because she knew that those sexy boots she wore during her Princeton visit were definitely not made for running.

"We want to see more!"

Tambahan: Ingat ketika Jetfire berubah dari pesawat pajangan di dalam hangar museum dan kembali menjadi robot? Salah satu pertanyaan pertama yang dilontarkannya adalah, “What planet am I in?”.
Beberapa menit kemudian, dia mengatakan kepada Sam dan teman-temannya, “I’m taking you to Egypt.”
Dan tak lama setelah itu, Jetfire kembali mengucapkan satu petunjuk bahwa dia sebenarnya tahu lebih daripada yang dia akui, ”... after a millenium, ...”.
Benar-benar robot tua pintar yang tahu banyak! Bisa jadi dia telah menyempatkan diri browsing Google sebelumnya, sama seperti John Connor.

Yes, this sequel is that horrible, you wouldn't believe your eyes!

No comments: