Tuesday, July 15, 2008

Unyil: Il fantoccio da Italia


Kemarin, ketika sedang menikmati santap siang sembari menyaksikan program Laptop Si Unyil yang membahas proses produksi Teh Botol Sosro, di bagian closing tiba-tiba perhatianku terfokus pada gerakan tangan si Unyil yang sangat eksesif padahal dialognya dengan Meylan saat itu hanya seputar informasi kepada pemirsa bahwa sudah tiba saatnya mereka berdua pulang setelah usai berkeliling pabrik Sosro.

Menarik memang menyaksikan episode Laptop Si Unyil kali ini, barangkali karena topiknya membahas proses pembuatan produk salah satu brand ternama di Indonesia yang sangat dekat dengan keseharian para penduduk negara ini. Istilah kerennya dalam marketing: household name.

Orang Indonesia mana sih yang ga kenal sama Teh Botol Sosro?
Dan orang Indonesia mana juga sih yang ga kenal Unyil?
(Disclaimer: kecuali barangkali bagi generasi yang lahir pasca 1993, karena serial asli Unyil terakhir diproduksi pada tahun tersebut)

Nah, kalau di Indonesia, sepertinya puluhan – jika tidak bisa disebut ratusan – juta orang tentunya sepakat kalau Unyil itu sudah melegenda dan melekat abadi dalam ingatan, menjadi salah satu ikon budaya popular negeri ini.
Bahkan idiom-idiom yang sering dipergunakan dalam serial puppet showngalahin popularitas Sesame Street lho! – ini sesekali masih muncul dalam pergaulan, meski ada juga yang disesuaikan dengan perkembangan zaman, termasuk dengan memperhatikan kondisi perekonomian.
Kan ga lucu aja rasanya hari gini ada yang minta “Cepek dulu dong”. Secara kerupuk putih kalengan itu aja di warung sudah ga dapat dengan dengan duit cepek doang.


Tapi kalau misalnya Unyil dipandang sebagai icon budaya Indonesia, yang mengusik pikiranku justru adalah bahasa tubuh Unyil. Pernah merhatiin ga, setiap kali berbicara, gerak-gerik Unyil jadi mirip orang-orang Italia. Bahkan kalau sedang sangat bersemangat, seperti yang kulihat di episode Laptop Si Unyil kemarin, gerakan tangannya saat berbicara sudah nyaris seperti orang-orang Sicilia, dimana kedua tangannya bergerak melambai kesana-kemari. Mengingatkan kita pada dirigen yang sedang conducting orkestra.

Ya iyalah!
Kalau ga, gimana lagi dong Unyil dan boneka-boneka sejenisnya itu mengaksentuasikan tuturannya? Secara ekspresi wajahnya sudah pasti terbatas banget. Namanya aja clay puppet. Kalau mau dibikin sebagus Wallace & Gromit, bisa jadi untuk menyelesaikan satu episode doang butuh waktu 1 tahun!

Anyway, membahas ekspresi Unyil kaya gini membuatku ingat salah satu joke lama.
Sebuah kapal yang sarat penumpang mengalami kecelakaan di tengah-tengah Samudra Atlantik dan tenggelam bersama seluruh awak, penumpang dan muatannya. Kecuali dua orang Italia yang kemudian berhasil ditemukan tengah mengapung-apung lantas diselamatkan oleh salah satu kapal penyelamat. Saat kedua orang Italia ini telah berhasil diangkat ke geladak kapal, mereka ditanya bagaimana caranya bisa berenang menyelamatkan diri dari kapal naas itu sedangkan para penumpang lainnya gagal dan tewas. Mendengarkan pertanyaan ini, salah satu orang Italia itu dengan ekspresi kebingungan bertanya balik, ”Berenang bagaimana maksudmu? Kami berdua dari tadi sedang asyik mengobrol.”

No comments: