Friday, August 15, 2008

Semantics ..., or Just Gay?


Apabila kita berbicara tentang kepribadian seorang musisi kondang berinisial A.D., bisa jadi sifat yang seringkali mengemuka tentang dirinya adalah: Arogan. Seorang teman, meski tidak pernah bertatap muka secara langsung dengan beliau ini, ternyata memendam rasa tidak suka yang amat sangat hingga mencapai level kebencian mendalam. Memang kalau dirunut satu-persatu, bisa panjang daftar yang seakan membenarkan sifat arogansi seorang A.D. ini.

Rumor has it, A.D. dalam kapasitasnya sebagai pemimpin dua kelompok musik bentukannya, melarang semua anggota kelompok band T.R. maupun Dw. (yang saat ini entah masih dengan angka tertentu atau bukan, sebenarnya sama saja) untuk tampil enerjetik di mana saja dan kapan saja sejak beberapa bulan terakhir ini, misalnya dengan melompat-lompat saat perform.
Alasannya? Karena A.D. sudah membuncit (atau menggembrot, terserah pilih kata mana yang kamu suka), dan penampilan enerjetik akan menguras tenaganya dan terlalu melelahkan baginya (barangkali adalah juga karena keberatan jenggot). Buat yang berbadan besar karena timbunan lemak, tentu paham benar alasan ini.

Namun sejak beberapa waktu lalu, kasak-kusuk lain yang terdengar di kalangan tertentu justru menyoal apakah musisi kondang ini ternyata selama ini memiliki kecenderungan menikmati aktivitas seksual yang di luar dugaan banyak orang.

Sebagaimana kata pepatah: Tidak ada asap tanpa api.

Semuanya bermula dari lirik lagu dengan judul berinisial ”S.B.M. (S.M.A.)” yang ditulisnya untuk si hidung runcing M.J. dan kelompok vokal D.D., yang sekarang jumlah personilnya sama dengan jumlah gigi nenek yang sudah tua dalam lagu ”Burung Kakatua”.
Tidak cukup bagi seorang A.D. untuk menciptakan melodi lagu yang entah karena ”kebetulan yang tidak disengaja” sangat mengingatkan pendengar pada lagu kelompok Pussycat Dolls berjudul ”Dontcha” yang sekitar dua tahun lalu merajai tangga lagu dunia, A.D. bahkan juga secara khusus menuliskan lirik yang sangat kental beraromakan seks.

Dan bukan hanya seks ”yang lazim”, tapi ... anal seks.

Yap! Lirik lagu yang pada awalnya menggiring pendengar untuk menganggap lagu ini hanya becerita tentang sakitnya mengalami pengkhianatan (baca: perselingkuhan) ”biasa”, bila mendengarkannya berulang-kali niscaya akan menemukan ”keanehan” lain, karena liriknya justru terasa kurang marah-marah dan kurang emosional bagi seseorang yang diselingkuhi.

Di sinilah yang menjadi entry point untuk membuat pendengarnya berpikir lebih jauh lagi, bahwa lagu ini sebenarnya memiliki subtext sendiri, yang setelah ditelaah lebih luas, ternyata seakan lebih pas jika dilihat sebagai curahan hati seseorang tentang pengalaman pribadi yang traumatis: perihnya disodomi.

Tulisan ini jelas merupakan interpretasi bebas, dan very debatable jika Anda yang membacanya tidak suka. Tapi setidaknya, apabila Anda memiliki waktu luang lebih banyak, silahkan menilainya sendiri dari klip berikut ini.

Dan sebagaimana yang lazimnya diucapkan oleh para VJ MTV, ”Check this out!”



Sekarang, setelah Anda menyimak lirik lagu dari videoklip di atas dengan bersungguh-sungguh, ngerti banget dong poin apa yang kumaksudkan dengan posting di atas?

Now, do you think A.D. as the song composer is playing with semantics, or he is actually ... just plain gay?

No comments: