Wednesday, August 13, 2008

Tapi Buka Dulu Topengmu


Lagi malas banget buka account Facebook-ku belakangan ini.
Padahal biasanya setiap pagi pas baru online, salah satu webpage yang langsung diakses selain e-mail, ya situs buku muka itu.

Sebenarnya sih kegiatan rutin pagi-pagi ini dilakukan lebih karena alasan iseng, pengen liat hal-hal baru (catching updates) dari teman-teman.
Seperti pagi ini, pas liat di Newsfeed, ternyata Ilpo went from being ’In Relationship’ into ’Single’, suatu kondisi status yang dulu berasosiasi dengan privasi tapi sekarang mulai merambah ranah publik, yang merupakan salah satu dampak ”Facebook effect”; bahwa Farrel baru saja balik ke Indonesia setelah hampir dua minggu pelesiran di Amerika Selatan; dan bahwa Dia ternyata masih memiliki hubungan dengan salah satu anggota keluarga dinasti Moran. Hmm ..., the latter is new to me.

But anyway, malasnya lebih karena hal lain.
Jadi begini, kebiasaanku kalau baru log in ke account Facebook, adalah membiarkannya tetap terbuka, as in still logged in, sampai nanti memutuskan sudah cukup waktu dihabiskan untuk kerja dan online hari itu, lalu sign out dan mematikan computer. Praktis bisa dikatakan, sepanjang hari selalu online di Facebook, seperti orang tidak punya kegiatan lain yang lebih penting untuk dikerjakan.
Nah, masalah mulai muncul karena belakangan ini, orang ini selalu menyapa lewat chat. Buat yang belum tahu, setiap user Facebook yang terkoneksi sebagai 1st degree friend bisa menyapa temannya seperti layaknya dalam chat, apabila temannya tersebut sedang online atau mengakses account Facebook-nya.
Tidak akan menjadi masalah jika saja orang ini dulunya tidak membuat masalah denganku. In terms of, dia yang mencari gara-gara duluan dengan melakukan perbuatan buruk di belakangku, yang mengakibatkan sampai saat ini aku memutuskan untuk lebih baik tidak berkomunikasi lagi dengan dirinya. Atau kalaupun ada komunikasi, kubatasi sampai seminimal mungkin. Kurang-lebih, hanya saat momen Eid-al-Fitr saja, itupun kalau dia ingat mengirimkan template SMS massal memohon maaf lahir dan bathin secara basa-basi.
Ya iyalah, secara kalau dilakukan tulus, pasti akan lebih personal sifat SMS-nya. Minimal mencantumkan namaku di body text. Tapi mengingat kelakuannya tempo doeloe yang membuat hubungan kami renggang, kelakuan basa-basi ini tidaklah sampai mengherankanku.

Kembali ke maksud dan tujuan semula posting ini, adalah sungguh amat disayangkan bahwa sampai saat ini aku masih belum tahu bagaimana bisa mengaktifkan ”stealth setting” di Facebook chat ini sebagaimana opsi yang ditawarkan Yahoo! Messenger. Jadinya setiap kali aku terlihat online, siapapun yang ada di dalam list teman-temanku pasti akan tahu, termasuk orang ini. Mungkin apabila ada teman-teman yang membaca posting ini bisa membantu dengan informasi, please do let me know ya. Thank you in advance!

Untuk menjawab di muka pertanyaan yang mungkin muncul di dalam benak Anda yang membaca posting ini, perlu kiranya diketahui bahwa aku bukanlah tipe yang men-delete seseorang dari daftar online teman-teman (friendlist) hanya karena kesalahan yang telah dilakukan (oleh pihak manapun).
Dengan bangga bisa kukatakan sambil menepuk dada, “Aku bukan seperti ‘Perempuan Itu yang Tidak Perlu Disebutkan Namanya’”, yang menghapus aku dan beberapa orang lainnya dari daftar online teman-temannya hanya karena kami memergoki bahwa selama ini ‘Perempuan Itu’ gemar membual dan menyebarkan berita tidak benar yang sampai pernah merusak reputasi orang lain (and one of her victim was: Me!). Barangkali saking malunya tertangkap basah, ‘Perempuan Itu’ memilih untuk berpura-pura tidak mengenal kami yang dulu merupakan teman-teman jalannya, hingga sekarang.
Tipe orang seperti ini memang lebih baik dienyahkan saja dari pergaulan, tapi jangan sampai terlupakan, karena penting dalam hidup ini untuk selalu mengingat pengkhianatan, agar lebih berhati-hati lagi dalam berteman.

Dan this person yang lagi bikin aku malas buka account Facebook-ku adalah juga orang yang seperti ‘Perempuan Itu’, melakukan pengkhianatan, dan ketahuan.
Alih-alih meminta maaf atau sekedar mengakui kesalahannya, dia malah berakting seolah-olah never did anything wrong to me.
Terus tiba-tiba saja di awal minggu ini say “Hi!” lagi lewat Facebook chat. Masih ingat tempo doeloe ketika dia yang jelas-jelas sudah mapan dan stabil secara ekonomi, kalau pengen ngobrol denganku selalu SMS minta ditelpon, atau nge-buzz via Y!M. Kasihan sekali dia ... (baca dengan nada penuh sarkasme).

Padahal yang mungkin waktu itu perlu dikasihani adalah aku, yang mau-maunya saja dibodohi, menghabiskan pulsa untuk menelpon dia dan mendengarkan curhatnya.
I was sooo bego saat itu, ha ha! Mungkin memang karena masih muda (masa-masa brondong jaya!), masih terlalu naïf, dan (entah mengapa koq bisa) percaya bahwa ini orang baik kepribadiannya. If only I knew the reality back then, ... pasti itu telpon sudah kututup dengan kasar dan meludah, cuih!

Mudah-mudahan sore ini pas aku mengakses account Facebook-ku, dia tidak sedang online. Jadi aku tidak perlu berbasa-basi untuk merespon sapaannya.
Susah sendiri juga sih sebenarnya, kalau jadi orang yang paling susah untuk berpura-pura di hadapan orang lain, tidak bisa acting basa-basi ga penting gitu ke orang yang dimaksud.
Kalau saja ada yang menjual topeng wajah dengan senyum penuh (kepalsuan) tersungging lebar yang praktis bisa terpasang otomatis di wajah ini anytime I need it, hidup tentu akan lebih mudah. Tidak perlu menjauhi orang yang tidak disukai, blend in aja, berbuat sama seperti orang itu, berpura-pura seperti tidak ada negative things happened.

Sayang sekali, topeng semacam itu barangkali hanya available dengan cara khusus, such as given and emotionally attached to one’s personality at the moment one was born into this world.
Now this is one condition that I am lack of, but never really consider as my loss.

I am a proud Real Personae!




Catatan khusus:
Judul posting ini diinspirasikan oleh lirik lagu Peterpan berjudul "Topeng".

No comments: