Wednesday, October 15, 2008

Ironi Dalam Bungkus "Nasionalisme"

Hari ini seorang teman mem-posting-kan citra berikut di dalam akun Facebook-nya.


Sebagaimana yang bisa Anda baca dan simpulkan sendiri, citra yang di-posting-kan kembali ini merupakan sebuah undangan untuk menghadiri suatu acara sosial pada akhir pekan.

Yang sampai menggelitik perasaan ingin berkomentar, sehingga pada akhirnya menghasilkan tulisan iseng ini, adalah judul acaranya yang mencantumkan ejaan yang lama dan masih belum lagi mengalami penyempurnaan : “SERATOES PERSEN INDONESIA”.

Memberikan kesan bahwa pihak penyelenggara ingin membangkitkan lagi rasa nasionalisme di antara para undangan. Yang harusnya ditanggapi positif, andai saja tampilan dalam undangan tersebut benar-benar sesuai dengan semangat yang ingin diciptakannya.

Namun pada kenyataannya, kesan yang timbul setelah melihat citra tampilan undangan ini adalah sebaliknya. Sebab apabila memang ingin unjuk diri, busung dada, bangga hati, dan ingin memperlihatkan jati diri sebagai orang Indonesia yang 100 persen kadar keasliannya, kenapa body copy undangan ini seluruhnya justru malah mempergunakan bahasa asing ?

Padahal bahasa nasional kita jelas merupakan salah satu identitas bangsa, sebagaimana yang diikrarkan oleh para pemuda dan pemudi bangsa kita 80 tahun lalu dalam Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau yang kemudian lebih dikenal sebagai Kongres Pemuda II.

Kira-kira, apa ya komentar para pemuda dan pemudi Indonesia yang hadir 80 tahun lalu di dalam acara tersebut melihat bahwa kini bangsa yang pembentukannya sangat dicita-citakan itu lebih gemar bertutur dalam bahasa Inggris – dan bukan bahasa Belanda – ketimbang bahasa ibu sendiri?

No comments: